RABU, 16 MARET 2016
Jurnalis : Miechell Koagouw / Editor : ME. Bijo Dirajo / Sumber Foto: Miechell Koagouw
TMII — Berdiri diatas area sebesar 8.000 meter persegi, Anjungan Provinsi Bali di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) sarat dengan keasrian alam ‘pulau dewata’, bertakhtakan seni tradisional adat dan budayanya, mengambil bentuk kompleks rumah adat tradisional khas masyarakat agung.
Pintu masuk Anjungan Provinsi Bali TMII Jakarta |
Dari pintu gerbang pengunjung sudah disuguhi kemegahan Candi Bentar yang diapit oleh dua tokoh epos Ramayana berupa patung Hanoman dan Hanggada sebagai simbol penolak hal negatif dari luar.
Jangan sampai terlewat oleh pengunjung untuk segera menyambangi sudut kiri bangunan tempat dimana diletakkan ‘bali bengong’. Bangunan kecil berbentuk layaknya menara pengintai di benteng pertahanan tersebut memiliki fungsi asli sebagai tempat peristirahatan sementara, sambil menikmati pemandangan sekitarnya diiringi belai lembut angin sepoi-sepoi.
Dari ‘bale bengong’ maka pengunjung bisa mengakses langsung bangunan ‘wantilan’ dengan menggunakan jalan setapak berlumut yang menambah corak khas tanah bali yang selalu menjaga keaslian, sekaligus keasrian sebagai wujud keseimbangan antara manusia dengan alam sekitarnya.
‘Wantilan’ merupakan sebuah ruangan besar yang aslinya dipergunakan sebagai tempat pertemuan masyarakat adat di Bali, kegiatan persiapan upacara adat, pentas seni tradisional bali, serta tempat menerima tamu agung atau tamu yang sangat di hormati sebelum masuk ke ruangan utama atau ruangan istana.
Menyeberang dari ‘wantilan’ maka pengunjung akan berhadapan dengan ‘sanggah penunggu karang’ atau tempat sembahyang masyarakat Hindu Bali, untuk memanjatkan doa sekaligus menempatkan sesaji bagi ‘Banaspati’ atau Sang Hyang Siwa. Di depan ‘sanggah penunggu karang’, berdiri bangunan bernama ‘bale paruman’ yang merupakan tempat dilangsungkannya musyawarah keluarga, dan persiapan sesaji upacara menjelang upacara keagamaan. Namun di Anjungan Provinsi Bali, bangunan ini digunakan sebagai tempat meletakkan peralatan musik tradisional dengan dikelilingi pintu kaca modern.
Beranjak ke bagian area anjungan berikut yakni bagian dalam, maka pengunjung akan melewati sebuah pintu gerbang bernama ‘Kori Agung’, dengan ornamen ukiran berbentuk ‘Boma’ raksasa menyeramkan simbol kesuburan terpahat kokoh diatas pintu kiri.
Bangunan pintu pemisah ini memiliki makna khusus sebagai pemisah antara ruang luar (dalam bahasa Bali disebut ‘jaba’) dengan bagian dalam kompleks bangunan. Meneguhkan makna khusus tersebut maka ‘kori agung’ diapit oleh dua simbol Epos Ramayana berupa patung Sri Rama dan Laksamana sebagai perlambang kebijaksanaan serta keramahan. Oleh karena itu, jika kedatangan tamu agung/dihormati maka di pintu gerbang bernama ‘kori agung’ selalu dilaksanakan tarian khas masyarakat bali.
Melewati ‘kori agung’, tepat di belakangnya terletak ‘bale aling-aling’ yang aslinya merupakan tempat belajar ‘Wedha’ atau kitab suci agama Hindu. Di dalam bale ini juga terpahat rapi prasasti peresmian bangunan baru Anjungan Provinsi Bali oleh Ibu Tien Soeharto tertanggal 12 Agustus 1996.
Di area dalam anjungan provinsi Bali dapat dijumpai ‘bale rangki’ yang difungsikan sebagai kantor pengelola anjungan melakukan berbagai aktivitas sehari-hari terkait operasional. Di samping ‘bale rangki’ terletak bangunan lainnya bernama ‘bale gede’. Bangunan ini merupakan tempat melangsungkan upacara keagamaan “manusia yadna”, sebuah upacara keagamaan sebagai ritual yang menggambarkan daur hidup manusia mulai dari kelahiran hingga kematian, sehingga diharapkan sebagai manusia itu adalah harus selalu bersyukur kepada Tuhan dan menjalankan setiap kehidupannya dengan baik.
Didalam ‘bale gede’ diletakkan replika busana adat tradisional bali untuk upacara keagamaan serta undangan upacara baik keagamaan maupun yang lainnya.
‘Mrajan’ adalah sebuah bangunan di area dalam anjungan provinsi bali dan merupakan tempat suci persembahyangan sebuah keluarga tertentu. Bangunan yang tidak bisa diakses pengunjung kecuali untuk upacara keagamaan ini memiliki tiga bangunan berupa ‘sanggah’ suci didalamnya.
Bangunan berikut adalah ‘bale gedong’ sering menjadi tempat peristirahatan gadis bali yang belum menikah ( untuk pria belum menikah bernama ‘bale singgasari’), namun aslinya sebagai tempat menyimpan benda-benda pusaka berupa senjata tradisional seperti keris dan tombak, sehingga bangunan ini juga memiliki nilai sakral bagi masyarakat bali.
Raut imaji ‘Rangda’ sebagai peninggalan leluhur kearifan lokal budaya asli Bali |
Di Anjungan Bali TMII, ‘bale gedong’ dijadikan tempat diorama busana adat pengantin payas agung dan busana tradisional tari oleg tamulilingan.
Seakan tiada henti menyuguhkan sejumlah keindahan dan keunikan adat istiadat serta budaya, pengunjung kembali mendapati bangunan bernama ‘bale dauh’. Selalu terletak dibagian barat kompleks rumah adat bali merupakan salah satu ciri khas bangunan ini.
Fungsi ‘bale dauh’ untuk menerima tamu dan juga kerap sebagai tempat tidur anak remaja atau anak muda dengan sebuah bale–bale yang terletak di bagian dalam. Bentuk ‘bale dauh’ adalah persegi panjang, menggunakan saka atau tiang yang kayu. Bila tiangnya berjumlah enam disebut sakenem, bila berjumlah delapan disebut sakutus/astasari, dan jika tiangnya berjumlah sembilan maka disebut sangasari.
Pengelola anjungan provinsi Bali TMII menempatkan Diorama ‘Rangda’ (wujud leak bali) merah dan putih, patung bade (upacara persiapan ‘ngaben’), beragam kesenian topeng bali, serta diorama barong di dalam ‘bale dauh’.
‘Bale Loji’ merupakan tempat peristirahatan setelah bekerja dan merupakan sebuah ruangan yang dipergunakan sebagai tempat bermalam bagi tamu yang akan menginap ketika berlangsungnya upacara keagamaan.
Bangunan ini terletak tepat di pojok kanan area dalam Anjungan Provinsi Bali dengan dibelakangnya terdapat ruangan toilet bagi pengunjung. Di muka ‘bale loji’ terdapat ‘jineng’ yang merupakan bangunan tradisional petani.
‘Jineng’ memiliki tiga bagian ruangan, yakni bagian atas sebagai tempat menyimpan padi dan hasil-hasil bumi setelah berlangsungnya panen, bagian tengah sebagai ruang peristirahatan petani setelah seharian bekerja di sawah, dan bagian bawah sebagai tempat penyimpanan segala peralatan pertanian.
Bangunan terakhir adalah ‘pawaregan’ yang adalah bangunan yang befungsi sebagai dapur atau tempat memasak sehari-hari sekaligus segala kegiatan rumah tangga.
Dan terakhir pengunjung bisa mengambil dokumentasi ‘sanggah pengijeng’ ditengah area dalam anjungan yang dipergunakan sebagai tempat persembahan sesaji kepada Dewa Gede Pengadangan dimana ritual persembahan tersebut dilakukan sebelum melakukan segala aktifitas sehari-hari.
Eksotisme patung di depan Wantilan Anjungan Provinsi Bali TMII |
Keindahan pesona Bali menyatu dengan religi lokal yang berbalut adat istiadat kental masyarakatnya telah menempatkan Bali sebagai magnet pariwisata Indonesia di mata dunia yang tidak akan pernah lekang oleh waktu. Harapan seluruh masyarakat indonesia terhadap Bali agar tetap menjadi Bali apa adanya untuk terus mengusung keabadian kearifan lokal sebagai ciri khas bernilai tinggi dalam wawasan ‘ajeg bali’ yang sempurna.