Jawab Simpang Siur Sejarah, Laskar Ampera Angkatan 66 Luncurkan Buku 60 HYMD

RABU, 29 MARET 2016
Jurnalis : Miechell Koagouw / Editor : ME. Bijo Dirajo /  Sumber Foto: Miechell Koagouw

JAKARTA — Buku berjudul 60 Hari yang Mengguncang Dunia (60 HYMD) Laskar Ampera Arief Rachman Hakim Angkatan 66 mendapat respon positif dari berbagai kalangan.
Saling tukar cinderamata antara perwakilan angkatan 66 (Fahmi Idris dan Deddy Baadillah) dengan Rektor UI
Rektor Universitas Indonesia, Prof. Muhammad Anis menyebutkan, buku berjudul 60 Hari yang Mengguncang Dunia (60 HYMD)  bisa menjadi acuan generasi muda sebagai modal dasar dalam melanjutkan tongkat estafet pembangunan.
“Harapan kami, ’60 HYMD’ dapat menjadi bahan kajian sejarah karena memang buku ini memiliki semua pra-syarat ke arah itu,” papar Muhammad Anis dalam Bedah buku 60 HYMD di Balai sidang Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Rabu (30/3/2016).
Sedangkan Ketua Dewan Pakar Laskar Ampera Arief Rachman Hakim Angkatan 66, Ir.Deddy A.Q.Baadilla menyampaikan bahwa tersimpan harapan besar agar buku tersebut bisa menjawab segala kesimpangsiuran informasi terkait sejarah pemberontakan G30S/PKI dan Supersemar. 
“Perjuangan mahasiswa angkatan 66 adalah sebuah perjuangan murni tanpa pengaruh politik sebelum dan sesudahnya,” tegas Deddy Baadilla.
Buku ’60 HYMD’ adalah buah tulis empat jurnalis senior, Endang Suherman, Marmi Panti Hidayah, Iskandar Helmi, dan Haris fadillah. Diterbitkan oleh Laskar Ampera Arief Rachman Hakim Angkatan 66. Menggunakan 150 resensi buku, mewawancarai kurang lebih 30 (tiga puluh) pelaku sejarah. Memakan waktu proses pembuatan buku selama 2 (dua) tahun. 
Berisi seluruh kejadian atau kisah nyata dari para pelaku sejarah yang di batasi mulai periode 10 Januari 1966 sampai dengan 11 Maret 1966. Pembatasan periode karena seluruh tim yang terlibat dalam pembuatan buku meyakini periode tersebutlah perwakilan perjuangan mahasiswa yang sesungguhnya dengan kata lain murni tanpa tekanan atau pengaruh dari pihak manapun.
“Perjuangan mahasiswa hanya mulai dari dikeluarkannya Tritura sampai kelahiran Supersemar, sesudah itu mahasiswa mengikuti himbauan rektor UI untuk kembali ke kampus,” ujar Deddy Baadilla terkait periode sejarah yang ditulis ke dalam buku.
Kesimpangsiuran informasi yang berkembang saat ini terkait Supersemar turut menjadi penyebab lahirnya buku ’60 HYMD’. Mirisnya, penyebabnya adalah dari para ahli-ahli sejarah Indonesia masa kini dengan kajian yang terkesan membelok-belokkan sejarah.
Buku ’60 Hari yang Mengguncang Dunia’
Cara paling mumpuni adalah lewat penerbitan buku-buku berisi fakta sejarah. Dan buku ’60 Hari Yang Mengguncang Dunia’ (60 HYMD) adalah salah satu contoh konkret dalam menjernihkan apa yang berusaha dipekatkan oleh pihak-pihak tertentu.
Harapan semua pihak kedepannya, buku ’60 Hari Yang Mengguncang Dunia’ dapat menjadi pegangan generasi muda dalam hal ini mahasiswa dan pelajar untuk mengetahui fakta sejarah yang sebenarnya.
Lihat juga...