SENIN, 1 FEBRUARI 2016
Jurnals: Eko Sulestyono / Editor: Sari Puspita Ayu / Sumber foto: Eko Sulestyono
CATATAN JURNALIS–Puluhan angkutan masyarakat umum jenis bajaj roda tiga yang berbahan bakar gas (BBG) berwarna biru setiap siang menjelang sore terlihat mengantri di sekitar Kantor Kementrian Bidang Perekonomian, kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.
![]() |
Bajaj BBG |
Pantauan Cendana News, beberapa bajaj sudah terlihat mulai berdatangan dan mengambil tempat yang telah ditentukan sebelumnya sesuai dengan urutan siapa yang sudah datang duluan. Bajaj yang datang duluan berada pada bagian paling depan, sedangkan yang datang belakangan atau berikutnya mengantre menyesuaikan dan mengambil posisi di belakangnya, begitu juga seterusnya.
Para pengemudi Bajaj tersebut tampak kompak dan saling menghormati aturan main yang telah mereka sepakati bersama. Sehingga mereka tidak saling rebutan saat menunggu kedatangan penumpang atau pelanggannya masing-masing.
Di sekitar komplek kantor Kementrian Bidang Perekonomian yang berada di kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat tersebut memang merupakan salah satu tempat yang sangat strategis, tepatnya berada di tengah-tengah jantung Ibukota Jakarta.
![]() |
Kedisiplinan sopir Bajaj BBG yang pantas ditiru |
Di kawasan ini memang terdapat kantor-kantor Pemerintahan, antara lain Kantor Kementrian Bidang Perekonomian, Kantor Kementrian Keuangan, Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kantor Pos DKI Jakarta dan lain sebagainya, sehingga jumlah pegawainya pun juga cukup banyak yang bekerja di sekitar kawasan tersebut.
Maka tak heran jika banyak sopir bajaj, pengemudi ojek, sopir taksi hingga para penjual aneka makanan dan minuman seperti pedagang kaki lima (PKL) mengais rejeki dengan berjualan dan mangkal di sekitar kawasan Lapangan Banteng tersebut.
“Daripada muter-muter berkeliling mencari penumpang yang tidak pasti dan menghabiskan ongkos, mending mengantre ikut ngetem sesuai dengan urutan kedatangan masing-masing di sekitar kawasan Lapangan Banteng, kata Arman saat ditemui Cendana News.
Arman juga menambahkan, di wilayah yang banyak perkantoran penting milik Pemerintah, bisa dipastikan lebih mudah untuk mencari penumpang, daripada berkeliling tanpa tujuan, pungkasnya mengakhiri pembicaraan.

Sementara itu Sofyan, pengemudi Bajaj BBG lainnya mengatakan “sekarang mencari penumpang semakin lama bukannya semakin mudah, malah semakin sulit, selain semakin banyaknya orang yang punya sepeda motor pribadi, para sopir Bajaj BBG juga semakin bertambah banyak, padahal penumpangnya lama-kelamaan jumlahnya cenderung mengalami penurunan” terangnya kepada Cendana News.
Pada saat hari kerja, mulai Senin hingga Jumat, penghasilan Rata-rata sopir Bajaj BBG yang mangkal di sekitar kawasan Lapangan Banteng sekitar Rp. 250.000/hari.
Namun saat memasuki hari Sabtu dan Minggu, omzet pendapatannya anjlok, Rata-rata tinggal Rp. 150.000/hari, karena hampir semua karyawan memang sedang libur alias tidak masuk kerja.
Banyak bajaj 2 tak yang tak layak jalan
Beberapa tahun belakangan, Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, melalui Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta dan pihak terkait lainnya terus berupaya memperbaharui dan memodernisasi kendaraan angkutan umum masal atau Mass Rapid Transit (MRT).
![]() |
Bajaj 2 Tak |
Beberapa diantaranya dengan menghadirkan beberapa sarana angkutan transportasi yang baru, antara lain Bus Trans Jakarta, Bus Kopaja yang dilengkapi dengan pendingin udara (AC), Bus Trans Jabodetabek, Bus Angkutan Perkotaan Terintegrasi Busway (APTB) hingga Bajaj roda yang berbahan bakar gas (BBG) berwarna biru.
Namun walaupun demikian, kenyataannya hingga saat ini, masih banyak ditemui di jalanan Ibukota, beberapa jenis moda transportasi angkutan umum yang sebenarnya sudah tidak layak jalan, salah satu diantarannya adalah Bajaj roda tiga yang masih menggunakan bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin, dengan mesin dua langkah (2 Tak).
Bajaj jenis ini sebenarnya sudah sejak lama beroperasi dan lalu-lalang melintas di jalanan Ibukota Jakarta. Diperkirakan Bajaj roda tiga generasi pertama sudah mulai beroperasi di Ibukota Jakarta pada sekitar tahun 1980 an.
Ciri khas Bajaj roda tiga yang satu ini berwarna oranye, dari knalpotnya mengeluarkan suara mesin yang sangat bising memekakkan telinga, sebagaimana ciri khas dari suara mesin dua langkah. Sedangkan asap yang keluar dari knalpotnya sangat pekat, sehingga menimbulkan polusi udara yang sangat tinggi.

Pantauan Cendana News, saat sedang melintas di sebuah jalan protokol Ibukota, terlihat beberapa bajaj roda tiga yang berwarna oranye sedang menarik beberapa bajaj sejenis lainnya yang sedang mengalami kerusakan untuk diperbaiki.
Rais, salah satu pengemudi bajaj roda tiga warna oranye mengatakan “saya bersama beberapa teman tadi dimintai tolong untuk menarik sejumlah bajaj yang sedang mengalami kerusakan mesin, untuk kemudian dibawa ke bengkel spesialis bajaj yang bermesin 2 tak” terangnya kepada Cendana News, saat sedang berhenti di sebuah perempatan jalan.
Rais menambahkan, jika kerusakan mesin pada bajaj tersebut ternyata sudah tidak bisa diperbaiki lagi, karena keterbatasan ketersediaan suku cadang, maka biasanya bajaj tersebut akan langsung dibesituakan atau dijual dalam bentuk rongsokan, pungkasnya mengakhiri pembicaraan.