Hera yang kini sudah menjadi seorang ibu, sampai tak bisa menghitung lagi budi baik Presiden Soeharto kepada keluarganya dan seluruh warga Bermis, sedari dia kecil. Hera terus mengenang, ia dan anak-anak lain selalu mendapat beasiswa rutin untuk sekolah, sejak ia ada di bangku Sekolah Dasar hingga lulus di Perguruan Tinggi. Setiap bulan, Hera juga selalu mendapat uang saku, tak terkecuali anak-anak lain di Bermis.
“Dua minggu sekali, Pak Harto menengok perumahan ini,” kata Hera. Karena itu, keluarga Hera masih menyimpan gelas bekas minum Pak Harto ketika sempat mampir ke rumahnya. Setiap mampir ke Perumahan Bermis, Pak Harto selalu memetik bunga turi yang ada di dekat Gerbang Perumahan. Sesampai rumahnya di Jalan Cendana, dengan menenteng bunga turi, Pak Harto meminta pembantunya di dapur dibuatkan pecel, makanan favorit Presiden Soeharto.
Beberapa saudara Herawati yang kesulitan mencari kerja, saat Pak Harto masih menjadi Presiden, dibantu oleh keluarga Cendana untuk mendapatkan pekerjaan. Ketika ada yang sunatan, Pak Harto datang dan membantu biaya. Ketika ada karyawan yang menikah, Pak Harto selalu hadir.
Dari Kepala Rumah Tangga Cendana hingga Tukang Sapu, semua dinaikkan Haji. Guru Ngaji “Mbak Tutut” dan adik-adiknya, sekarang tinggal damai di perumahan tersebut, diberi rumah, dan dinaikkan Haji. Tukang Bakso dan Tukang Ketoprak yang menjadi langganan keluarga Cendana, juga dinaikkan haji.
“Pak Harto adalah orang yang terlalu baik dan sangat dermawan,” kata Hera, sembari mengusap air mata yang menitik. Kedermawanan Pak Harto, kata Hera, sesuai dengan prinsip hidup yang dituliskan dalam salah satu kalimat buku catatan pribadi Pak Harto : Berbudi Bawa Leksana. Kata “Berbudi” merupakan singkatan dari pepatah Jawa Luber ing Budi, atau bisa dimaknai sebagai berlimpah ruah budi pekerti, karena kedermawanannya.