Hadirkan Internet Murah, Athanasius Kembangkan Hotspot RT/RW

JUMAT, 19 FEBRUARI 2016
Jurnalis : Henk Widi / Editor : ME. Bijo Dirajo/ Foto: Istimewa

LAMPUNG — Untuk memasang sambung baru internet yang membutuhkan biaya menjadi ladang usaha bagi Athanasius Indratno (42). Pengguna cukup membeli voucher untuk dapat mengakses dunia maya. Penyebaran signal menggunakan hotspot di setiap RT/RW di Kampuoeg Linux membuat pelanggan dapat mengakses dari rumah, tidak perlu ke warung internet (Warnet).
Athanasius Indratno  (duduk di depan) penggagas Kampoeng Linux di Pringsewu Lampung
Athanasius Indratno menyebutkan, kampung linux (linux nama anaknya) berawal saat masih mengelolah warnet yang musti ditunggui dari buka hingga tutup sehingga sangat menyita waktu. Keterbatasan fisik untuk menunggui warnet tersebut akhirnya memunculkan ide baginya untuk membuat hotspot RT/RW yang tidak harus ditunggu. Pemakaian hotspot tersebut pun bisa diakses selama 24 jam non stop dengan sistem berlangganan bagi para pemakai.
“Awalnya ide ini mengalir begitu saja dan karena ini masih dianggap kampung maka muncul ide untuk menyebutnya Kampung dan Linux adalah nama anak pertama saya, sehingga muncul Kampoeng Linux,”terangnya kepada Cendana News, Jumat (19/2/2016).
Antusiasme masyarakat untuk penggunaan jasa hotspot dari kampoeng Linux (Baca: Kampung Linux) pun mulai muncul terutama di kalangan anak kos yang banyak berasal dari luar daerah Pringsewu Timur, Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung. Alasan efesiensi serta penghematan menjadi salah satu alasannya.
“Saya memiliki visi memberikan layanan internet murah kepada masyarakat sekitar saya terutama untuk para pelajar dan kalangan yang masih membutuhkan informasi dari internet,”terangnya optimis.
Ia juga tak menampik saat ini banyak rekan sejawatnya yang ingin menekuni usaha serta mendedikasikan pengetahuannya seperti dirinya. Ia bahkan mengaku siap dan dengan senang hati membantu untuk aplikasi software dan menyiapkan hardware.
“Saya pasti akan bantu untuk aplikasi serta cara operasionalnya bagi yang berminat untuk mengembangkan model RT/RW hotspot ini,”terangnya.
Meski cukup menjanjikan dalam pengenalan internet serta memudahkan masyarakat dalam mengakses internet, namun ia mengaku banyak hal masih menjadi kendala diantaranya ISP yang belum bisa menjangkau daerah pedesaan di sekitar Kabupaten Pringsewu. Bahakn seperti contoh kasus di wilayah Pagelaran, akses telepon hanya sebatas pinggir jalan padahal ada sekolah yang ingin memiliki koneksi internet.
Saat ini, pria yang akrab disapa Pak Enter yang juga menjadi Kepala TU di Sekolah Menengah Atas Xaverius Pringsewu tersebut mencatat 100 pengguna jasa vocer yang jadi langganan dengan kelebihan bisa diakses kapanpun selagi masa pakai belum habis.
“Keuntungannya selama ini tak ada biaya pendaftaran, selama vocer tidak digunakan untuk online maka billing vocer tidak berjalan,”ungkapnya optimis.
Ia melanjutkan, dengan hal tersebut pemakai tidak perlu kuatir karena pemakaian sangat irit dan untuk anak usia Sekolah Dasar (SD) dengan pemakaian vocer Rp5ribu bisa digunakan selama 24 jam hanya pada jam jam tertentu. Harga vocer yang dijual pun dengan kisaran nominal Rp5ribu dan Rp20ribu yang terjangkau. 
Kecepatan internet sekitar 10 Mbps dengan jaringan fiber optik Indihome dari Telkom digunakannya, namun ia mengakui sejak tahun 2012 ia bertahan di BW 1 Mbps hingga bulan Oktober ini.
Berdasarkan catatan pria yang menyukai dunia internet ini, para pengguna rata rata menggunakan gawai berupa telepon pintar dan laptop dimana rata rata pengguna usia Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas (SMA) banyak menggunakan telepon pintar. Sementara untuk karyawan lebih banyak menggunakan tablet dan laptop.
Lihat juga...