Warga Mapitara, Mampu Beli Handphone, Listrik dan Sinyal Tidak Ada

MINGGU, 17 JANUARI 2016
Penulis: Ebed De Rosary / Editor: Gani Khair / Sumber foto: Ebed De Rosary

CATATAN JURNALIS—Warga Kecamatan Mapitara dengan jumlah penduduk sekitar 4 ribu jiwa sudah terbiasa hidup tanpa jaringan telepon maupun telepon sesular. Warga 4 desa di kecamatan ini yakni Desa Egon Gahar, Hale, Hebing dan Natakoli kesulitan berkomunikasi dengan masyarakat luar karena sinyal telepon selular tidak menjangkau daerah ini meskipun sebagian besar warga memiliki telpon seluler.

Perkampungan di Desa Hale, Kecamatan Mapitara
Kamisius Kani,warga Dusun Baokrenget, Desa Egon Gahar yang ditemui Cendana News di dusun tersebut mengatakan,hampir setiap orang di desa mereka memiliki handphone (telpon seluler) namun alat komunikasi ini hanya dipergunakan bila mereka ke wilayah Kecamatan Waigete atau ke Kota Maumere. Handphone yang dimililki sebut Kanis hanya digunakan untuk mendengar musik saat ke kebun atau di rumah karena tidak ada hiburan lain.
Jika warga hendak melakukan komunikasi menggunakan telpon selulernya, mereka harus menuju kota kecamatan dengan biaya minimal yang harus dikeluarkan sebesar 20 ribu. Dengan tertawa Kanis mengatakan, ongkos transportasi lebih mahal dibandingkan dengan biaya membeli pulsa. 
Selain masalah sinyal, warga pun harus dihadapkan pada masalah listrik. Bagi mereka yang memiliki handphone/ponsel, apabila kehabisan batere, maka mereka harus melakukan pengisian dengan numpang di rumah warga yang memiliki generator (jenset). Solusi lain tentang pengisian batere, apabila mereka bepergian ke kota, mereka menitipkan handphone/ponselnya ke tempat yang ada jaringan listrik.
Theresia Tina warga Mapitara lainnya saat ditemui di dekat kantor camat Mapitara juga sangat mengharapkan agar perusahaan selular bisa memasang tower di daerah mereka agar bisa berkomunikasi dengan pihak luar. Theresia mengaku sulit mendapatkan informasi apalagi di saat aktifitas gunung api Egon meningkat.
“Kalau gunung meletus kami tidak bisa buat apa-apa mau telepon saudara meminta bantuan juga tidak bisa. Kasihan kalau ada orang yang sakit, kami tidak bisa telepon dokter di puskesmas atau perawat,”tutur Theresia.
Jika dilihat,kondisi ekonomi masyarakat Mapitara tergolong mampu karena tanahnya subur. Berada di kaki gunung berapi Egon di sekitar kawasan hutan lindung menjadikan wilayah ini memiliki tanah yang subur. Selain sayuran, warga Mapitara yang sebagian besarnya petani juga memiliki komoditi andalan seperti kelapa, kemiri, kakao, kopi dan jambu mente.
Lihat juga...