?Suasana Latihan Jelang Pementasan Tanggal 3 Oktober 2015 berjudul : Gatot Kaca Gugur |
JAKARTA — Sejarah yang penuh warna kehidupan dan sangat menyenangkan dari Paguyuban Wayang Orang Bharata dimulai tahun 1963, saat mereka masih bernama Paguyuban Wayang Orang Panca Murti.
Meretas jalan hingga tahun 1970, Panca Murti mengalami Transformasi secara administrasional sekaligus mengganti nama mereka menjadi Paguyuban Wayang Orang Bharata yang resmi mereka usung mulai tahun 1972 sampai saat ini, dimana sudah menginjak Generasi ke-7 keanggotaan paguyuban, terhitung mulai tahun 1963.
Tetet Sriwidhi, Seniman Paguyuban Wayang Orang Bharata Purwa |
Inilah awal Tetet Sriwidhi, Kepala Gedung Kesenian Wayang Orang Bharata Purwa mengisahkan perjalanan Paguyuban tersebut yang sebagai seorang seniman. Tetet menggambarkan seluruh perjalanannya berikut rekan-rekannya adalah ‘Perjalanan sekaligus Pengalaman Menyenangkan’.
” Seni adalah hal menyenangkan didunia ini. Dan menjadi seniman bagi saya selalu berisi pengalaman yang menyenangkan, karena seni itu adalah pendamai dan penentram ketika prahara memecahbelah negeri ini,” Papar Tetet kepada Cendana News, Jumat (02/10/2015) .
Pria berusia 58 tahun ini menyelesaikan studi seni nya di Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ) tahun 1985. Ia memiliki background yang cukup kental dalam seni tari dan koreografi, sastra, dan teater. Sepak terjang Tetet yang cukup unik, akhirnya membawa dirinya memimpin Gedung Kesenian Wayang Orang Bharata Purwa sejak lima tahun yang lalu, saat era Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.
Tetet melanjutkan penjelasannya, walaupun Gedung Kesenian Wayang Orang Bharata Purwa merupakan milik Pemprov DKI dibawah pengelolaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemprov DKI Jakarta, namun Paguyuban Wayang Orang Bharata Purwa adalah berdiri sendiri.
” Paguyuban mengatur sendiri kehidupannya. Dan hal ini sangat luar biasa mengingat jarang terjadi ada sebuah paguyuban seni wayang orang yang bertahan sampai generasi ke-7. Re-Generasi merupakan kunci kami semua bertahan sampai saat ini,” kembali Tetet memberikan penjelasannya.
Total seniman wayang orang di dalam paguyuban berjumlah 168 orang. Dan pekerjaan seni mereka semua dilakukan secara turun temurun. Ada juga anggota paguyuban yang berasal dari luar komunitas, namun sangat sedikit sekali. Mereka kebanyakan adalah para mahasiswa seni baik dari Institut Kesenian Jakarta maupun mahasiswa yang berasal dari perguruan tinggi bukan jurusan seni namun ia memiliki bakat seni yang bagus untuk dikembangkan.
” Semuanya adalah proses alami dari awal mereka hanya menjadi figuran prajurit alengka, monyet kecil, sampai akhirnya mereka menemukan karakter pewayangan yang mereka suka. Dan jika hal-hal tersebut sudah mereka lalui, maka mereka nantinya akan tiba pada suatu pengambilan keputusan pribadi apakah seni adalah jati dirinya dan apakah seni bisa menghidupinya kedepannya,” Tetet kembali melanjutkan penjelasannya.
Satu yang disesalkan Tetet adalah dihapuskannya dana kesenian di era Gubernur Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok. Namun hal ini hanya menjadi penyesalan sesaat, karena menurut Tetet, dengan atau tanpa dana tersebut Wayang Orang Bharata Purwa tetap harus berjalan.
” Namun terima kasih kepada Keluarga Cendana yang selalu memberikan dukungan moril berikut materiil kepada kami. Sejak dahulu hingga saat ini, Keluarga Cendana khususnya Ibu Siti Hardianti Indra Rukmana atau akrab kami panggil Mbak Tutut dan Ibu Siti Hediati Haryadi atau Mbak Titiek sangat memperhatikan kami. Bukan hanya memperhatikan perkembangan kesenian khususnya Wayang Orang saja, namun juga kesenian-kesenian lainnya,” Tetet mengakhiri paparannya.
Harapan Tetet kedepannya Gedung Kesenian Wayang Orang Bharata Purwa tetap eksis dan juga Paguyuban Wayang Orang Bharata terus melanjutkan Re-Generasi sampai generasi keberapapun demi terus melestarikan Seni Tari Wayang Orang di Kota Jakarta.
Tampak depan Gedung Kesenian Wayang Orang Bharata Purwa |
JUMAT, 02 Oktober 2015
Jurnalis : Miechell Koagouw
Foto : Miechell Koagouw
Editor : ME. Bijo Dirajo