
SURABAYA — Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya melalui Pusat Studi Kebumian Bencana dan Perubahan Iklim (PSKBPI) secara gamblang menjelaskan bahwa jika ITS memiliki alat pendeteksi bawah permukaan tanah yang diberi nama georadar.
Dengan adanya georadar ini diharapkan bisa membantu para arkeolog maupun sejarahwan dalam mendeteksi keberadaan kerajaan Majapahit. Dimana kondisi kerajaan Majapahit sampai sekarang belum diketahui keberadaannya.
Sigit Haryadi, seorang pekerja sosial yang mendalami jejak-jejak kerajaan Majapahit dibawah naungan UNESCO mengungkapkan adanya indikasi hilangnya kerajaan Majapahit disebabkan karena memang sengaja dihilangkan atau disembunyikan oleh para pendahulu entah apa tujuan dan maksudnya.
“Kami terus mencari dan menggali informasi kerajaan Majapahit berdasarkan kajian kitab yang dibuat zaman Majapahit, legenda rakyat, nama dusun/desa, nyanyian, tanda-tanda dan lain-lain,” Jelasnya di ITS, Kamis (10/09/2015).
Berdasarkan pemikirannya, Sigit menganggap bahwa para raja dan kerabat raja Majapahit sengaja menyembunyikan keberadaan kerajaannya.
“Ada kemungkinan juga karena bencana alam maupun akibat peperangan, maka kerajaan Majapahit hilang,” Tandasnya.
Koordinator PSKBI ITS, Amien Widodo mengaku mendukung penuh kegiatan yang dilakukan oleh Sigit demi kepentingan sejarah bangsa ini.
“Kami memberikan dukungan penuh serta menjadi penghubung antara Sigit dengan lembaga terkait,” Terangnya.
Majapahit merupakan kerajaan besar dan mungkin pada masanya merupakan negara super power. Beberapa negara Asia mengakui keberadaan dan kehadiran Majapahit di negara mereka. Jejak peninggalan Majapahit bisa ditemukan diseluruh Indonesia dan Asia, dalam berbagai bentuk seperti bangunan, pranata sosial budaya, senjata, buku, sastra, nyanyian dan lain-lain. Hanya saja bentuk fisiknya dari kerajaan Majapahit sampai sekarang belum ditemukan.
Harapannya, ITS dengan georadarnya beserta Sigit dan dinas terkait bisa bekerja sama dalam pengungkapan keberadaan kerajaan Majapahit yang sebenarnya.

KAMIS, 10 September 2015
Jurnalis : Charolin Pebrianti
Foto : Charolin Pebrianti
Editor : ME. Bijo Dirajo