
AMBON — Berkembang atau majunya mutu pendidikan khususnya perguruan tinggi di tanah air termasuk di Maluku butuh dorongan semua pihak. Prioritasnya lagi, pemerintah harus memiliki kepedulian penuh. Pasalnya, dengan pendidikan yang berkualitas yang mampu dapat memutus mata rantai kebodohan dan kemiskinan di Maluku.
Rekor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon, DR. Hasbollah Toisuta, M.Ag, yang diwawancarai wartawan usai kuliah tamu yang disampaikan Prof. DR. Said Aqil Siradj, MA (Ketua Umum PBNU), Rabu (19/8/2015) menyatakan, pada 10 Agustus 2015 dirinya telah dipanggil ke Jakarta untuk mempresentasikan proposal usulan peralihan status dari IAIN Ambon menuju Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Rijali Ambon.
![]() |
Rektor IAIN Ambon, DR. Hasbollah Toisuta, M.Ag |
“Presentasinya sudah selesai. Sekarang beberapa catatan perubahan dari guru besar kita, merekomendasikan beberapa aspek perubahan sebagai masukan untuk melengkapi proposal usulan kami,” ujarnya.
Disebutkan, untuk perbaikan pihak civitas akademika IAIN Anbon diberikan waktu selama enam bulan.
“Tapi kami targetkan dua bulan perbaikan proposal usulan itu sudah selesai dan selanjutnya akan kita sampaikan ke Jakarta lagi,” kata alumni Universitas Gajah Mada Yogyakarta ini.
Perubahan terkait peralihan status itu antara lain, menyangkut aspek normatif, misalnya persyaratan lahan, pelayanan-pelayanan sudah serba multimedia atau tidak, ICT dan infrastruktur itu yang masih kurang akan lengkapi.
Soal peralihan status kata Rektor, dalam proposal itu juga diusulkan 10 fakultas tambahan.
Disebutkan, fakultas tambahan itu diantaranya, tiga fakultas yang sudah yakni, Stariah, Ushuluddin dan Dakwah serta Tarbiyah ditambah tujuh Fakultas tambahan.
Karena persyaratan IAIN menjadi UIN harus 60 persen fakultas eksakta dan 40 persen adalah basis agama.
“Tujuh fakultas tambahan utu antara lain, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Teknik Informatika, kemaritiman dan lain-lain,” bebernya.
Rektor juga meminta adanya kepedulian pemerintah guna mengembangkan SDM di kawasan Indonesia Timur dengan jalan mendorong proses peralihan status IAIN Ambon menjadi UIN.
Soal harapan, Toisuta melihat aspek perjalanan kampus berjuluk hijau tersebut dengan menggunakan teori siklus sepuluh tahunan.
Dimana dikisahkan, pada 1960 ada perguruan tinggi cabang Surabaya di buka di Ambon. Tapi berjalan cuma satu tahun kemudian ditutup karena tidak ada peminat.
Pada 1982 dibuka dua fakultas yaitu Syariah dan Ushuluddin dari IAIN Alauddin Cabang Makassar. Dirinya salah satu mahasiswa angkatan pertama.
Kemudian pada 1987 dua fakultas itu di SK-kan oleh pemerintah menjadi devinitif.
Berikut pada 1997 dua fakultas itu dialih statuskan dari IAIN menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ambon (tidak lagi di bawah naungan IAIN Alauddin Makassar). Hingga 2006-2007 STAIN Ambon dialihkan menjadi IAIN Ambon.
“Jika siklus ini berjalan normal, maka saya yakin dengan kerja keras kita saat ini paling lambat 2017 IAIN Ambon sudah menjadi UIN Imam Rijali Ambon,” tutupnya.

RABU, 19 Agustus 2015
Jurnalis : Samad Vanath Sallatalohy
Foto : Samad Vanath Sallatalohy
Editor : ME. Bijo Dirajo