Peresmian STM Pembangunan, Jakarta 1971 |
Tren
- Pemanfaatan Kembali Gedung Sasana Adirasa, Momentum Pelestarian Budaya Spiritual
- Sembilan Mahasiswa UNY Gelar Praktik Kependidikan di SMAN 1 Karang Anom
- Kontra Narasi Terpidana Korupsi
- Membangkitkan Diponegoro: 200 Tahun Perlawanan, Api yang Tak Pernah Padam
- Nusantara: Rasionalitas, Mitos, dan Kemunduran
- Pancasila: Jejak Madinah – Solusi Peradaban Global?
- Sastrawan Satmoko Budi Santoso Terbitkan Kumpulan Cerpen “Puzzle Joko Pinurbo”
- Jejak Syekh Bela Belu, Wali Tanpa Nama Doanya Menembus Langit
- Pancasia dan Etika Sosial
- Kunjungi The Palace Museum: Menbud Jalin Kerja Sama Strategis
Ditengah puing-puing ambruknya perekonomian Nasional, Presiden Soeharto melakukan langkah-langkah pembangunan di segala bidang. Setelah perlahan-lahan berhasil lepas dari belenggu kelaparan dan kemiskinan, seiring dengan itu sektor pendidikan menjadi prioritas utama. Sejarah mencatat hanya masa Orde Baru sumbangsih APBN yang paling besar di berikan dalam sektor pendidikan.
Sebut saja lima tahun sejak Supersemar di mandatkan pada Jenderal Besar Soeharto, yakni pada tanggal 17 Februari 1971, Bertempat di Bina Graha Presiden Soeharto menerima 12 Rektor Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia. Pada kesempatan itu Presiden telah memberikan sumbangan kepada keduabelas perguruan tinggi yang mereka pimpin. Besarnya sumbangan yang diterima UI Rp. 20 juta, IKIP Jakarta Rp. 10 juta, ITB Rp. 15 juta, USU Rp. 12,5 juta, IPB Rp. 15 juta, UNPAD Rp. 15 juta, UNDIP Rp. 10 juta, UGM Rp. 20 juta, UNAIR Rp. 20 juta, UNHAS Rp. 12,5 juta, IKIP Yogyakarta Rp. 5 juta, IKIP Semarang Rp. 3 juta.
Belum lagi sumbangan-sumbangan lain kepada Universitas-universitas seluruh Indonesia seperti pada tanggal, 14 Agustus 1979 dua bus bantuan Presiden diserahkan untuk Universitas mataram kepada Gubernur NTB, Gatot Suherman. Setahun berikutnya, 7 Juli 1980 Presiden memberikan bantuan berupa tiga buah Jeep untuk UGM yang dimaksudkan untuk melengkapi poliklinik hewan keliling dari FK Hewan UGM, dan dimanfaatkan untuk memberikan pelayanan kepada para peternak dan petani di daerah-daerah sekitar Yogyakarta, 18 Juli 1980 Presiden Soeharto memberikan bantuan tujuh buah kenderaan kepada Universitas Sam ratulangi dan IKIP di Manado, 25 Oktober 1980 memberikan bantuan empat buah bis dan sebuah bis mini kepada ITB.
Kepedulian Presiden Soeharto juga ditunjukkan dalam rangka pengkatan kualitas pendidikan tinggi tepatnya 27 November 1980 Presiden Soeharto memberikan bantuan kepada Universitas Pembangunan Nasional Yogyakarta berupa uang sejumlah Rp. 99,6 juta untuk melengkapi peralatan laboratorium Fakultas Tehnik Perminyakan. Bantuan tahap pertama sejumlah Rp. 64,8 juta lebih.
Selain itu visi Presiden Soeharto tentang penyediaan sumber daya manusia yang harus menguasai teknologi dalam masa awal pembangunan Indonesia ditunjukkan dengan pembangunan Sekolah-sekolah lanjutan kejuruan dan Balai-balai latihan untuk menghasilkan bibit muda yang mampu menguasai teknologi untuk menggiatkan proses pembangunan.
Dengan didampingi Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, menteri P dan K, Mashuri, Presiden Soeharto meresmikan STM Pembangunan di Jakarta pada tanggal 1 Juli 1971. Lalu pada tahun berikutnya 10 Maret 1972 Presiden Soeharto di Bina Graha menyerahkan uang sebesar Rp. 25 juta kepada Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin sebagai bantuan tahap pertama dari jumlah Rp. 300 juta bantuan yang dijanjikan pemerintah untuk pembangunan student centre di Jakarta. Pembangunan student centre akan menelan biaya Rp. 1,6 milyar, termasuk Rp. 700 juta tanahnya. Sedangkan biaya Rp. 900 juta dipikul secara gotong royong antara pemerintah pusat, swasta dan pemerintah daerah. Student centre ini merupakan salah satu dari beberapa pusat kegiatan mahasiswa yang akan dibangun pemerintah di seluruh Indonesia.
Lalu pada tahun yang sama 29 Juni 1972, Presiden Soeharto meresmikan STM Pembangunan di Yogyakarta. Selanjutnya tiga tahun berselang 22 Mei 1975 Presiden meresmikan STM Pembangunan Surabaya yang menelan biaya pembangunan sebesar Rp. 630 juta, terletak diatas tanah seluas 4,74 hektar, mempunyai luas bangunan 8200 meter persegi, lengkap dengan berbagai alat praktek untuk masing-masing urusan, seperti elektronika, mesin, konstruksi, dan kimia industri. Biaya pembangunannya berasal dari sejak Repelita I pada tahun 1969.
Bersamaan dengan itu bertempat di Pusat Latihan dan Pendidikan Teknik (PLPT) Surabaya, Kepala Negara meresmikan secara simbolis pemakaian lima PLPT yang masing-masing terletak di Surabaya, Jakarta, Bandung, Medan dan Makassar. Bangunan PLPT Surabaya ini dibangun diatas tanah seluas 1,9 hektar dengan biaya mencapai Rp. 822 juta.
Selain itu pendidikan tingkat dasar juga menjadi perhatian utama, dengan target pembangunan 6.000 gedung SD baru tiap tahunnya dilengkapi dengan fasilitas peralatan, buku dan tenaga pengajar disisihkan dari anggaran APBN. Hingga April 1974 sejumlah 5.850 gedung SD telah selesai dibangun ini berarti lebih dari 90% dari target yang telah ditetapkan dalam inpres no. 10 Tahun 1973, yaitu sebanyak 6.000 gedung. Juga guru-guru yang ditugaskan untuk masing-masing sekolah sudah siap untuk menjalankan tugasnya. Untuk permasalahan pengadaan buku-buku ke semua sekolah tersebut, Presiden memerintahkan AURI untuk mendistribusikan.
Tercatat selama Repelita II telah dibangun tidak kurang 31.000 gedung SD baru yang masing-masing terdiri dari enam kelas, disamping itu telah diperbaiki tidak kurang 56.000 gedung SD negeri, SD swasta, dan Madrasah Ibtidaiyah. Dengan demikian , selama repelita II telah dapat ditampung tambahan murid lebih dari delapan juta orang ini berarti 85% dari seluruh anak usia SD, dibandingkan 57% pada saat dimulainya Repelita II.
Begitu juga pendidikan berbasis agama, ,pada tanggal 2 Agustus 1971 Presiden Soeharto dalam kunjungannya ke Sulawesi Tenggara memberikan tambahan dana untuk pembangunan pondok pesantren di Kendari sebanyak Rp.35 juta.
Selanjutnya pada saat kunjungan ke Padang Sumatera Barat, 8 Agustus 1974 di Padang Panjang, Presiden dan Ibu Tien Soeharto meninjau perguruan Diniyah Puteri, yaitu sebuah lembaga pendidikan tertua di daerah Sumbar. Disini kepala negara sangat terharu melihat keadaan asrama pelajar yang menyedihkan dan memberi bantuan untuk pembangunan.
Dalam memajukan kepanduan Nasional, Presiden Soeharto bahkan mendapat penghargaan internasional. Tepatnya hari Sabtu, 1 Juni 1974 Ketua Kehormatan Kepanduan sedunia, William D Campbell, menyerahkan piagam dari Komite Pandu sedunia yang mengangkat Kepala Negara sebagai Patron of The World Scouting atau Pelindung Kepanduan Dunia dan tanda penghormatan tertinggi Bronze Wolf Award , sehubungan jasa-jasanya dalam memajukan dan mengembangkan Pramuka di Indonesia.
Kepedulian Presiden Soeharto dalam bidang kepanduan ditunjukkan dengan program-programnya. Pada tanggal, 22 Desember 1973 Presiden melepaskan kontingen Pramuka Indonesia yang akan mengikuti Jambore Pramuka Asia-Pasifik di Los Banos Filipina. Pertamakalinya Indonesia memiliki tempat untuk melaksanakan Jambore Nasional, yakni bertepatan dengan Hari Pramuka pada tanggal 14 Agustus 1977, Presiden Soeharto meresmikan proyek sarana Pramuka “Widya Mandala Krida Bakti Pramuka” di Cibubur sebagai sarana pendidikan, latihan, penelitian dan rekreasi bagi anggota Pramuka maupun masyarakat umum, terutama para remaja dan pemuda. Lalu pada tanggal, 11 Maret 1982 Presiden Soeharto meresmikan perpustakaan Pramuka yang diberi nama “Ki Hadjar Dewantara”, serta GOR dan Gedung Kesenian Pramuka Widya Mandala Krida Bhakti Pramuka di Cibubur.
Selain itu Presiden Soeharto selalu melibatkan mahasiswa dan akademisi dalam menyusun kebijakan-kebijakan Pembangunan Nasional dalam bentuk diskusi-diskusi ilmiah, seminar, konferensi yang bersifat regional maupun internasional dan juga penelitian-penelitian yang melibatkan berbagai elemen bangsa ini.
Selamat Hari Pendidikan Nasional 2015.
—————————————————–
Sabtu, 2 Mei 2015
Penulis : Gani Khair
Foto : Dokumen Resmi HM. Soeharto
Editor : Sari Puspita Ayu
—————————————————-
Lihat juga...