![]() |
Pengojek melewati jalan menanjak di Bakauheni |
CENDANANEWS(Lampung) – Jalan Lintas Timur Sumatera yang dilalui kendaraan kendaraan besar tak menyurutkan nyali para pengendara kendaraan bermotor dengan muatan kayu di kendaraan mereka. Para pengangkut kayu tersebut dikenal sebagai tukang ojek kayu.
Tukang ojek di Kecamatan Bakauheni Lampung Selatan cukup berbeda dengan para pengojek lain.Jika di Bakauheni para pengojek memuat penumpang yang berasal dari penumpang yang turun dari kapal di Pelabuhan Bakauheni, lain halnya dengan yang dilakukan oleh dua pengojek ini.
Kedua pengojek ini biasa mengangkut penumpang manusia namun lebih mahir lagi mengangkut penumpang kayu sehingga akhirnya berkecimpung dalam pengangkutan kayu menggunakan motor. Adalah Zubaidi (34) dan Rohmat (25), kedua pengojek kayu ini sudah biasa mengojek kayu yang dibawa dari kebun setelah ditebang dan akan dibawa ke panglon (tempat pengetaman, pengolahan kayu).

Pekerjaan menjadi pengojek manusia seperti dituturkan Zubaidi kepada CEndanaNews.com sudah dilakukan sejak lama, namun menjadi pengojek kayu dilakukan oleh Zubaidi setelah semakin banyaknya pengojek manusia. Awalnya ia mengalami kesulitan membawa serta mengemudikan kendaraan dengan muatan kayu yang cukup berat. Khusus untuk membawa kayu menjadi tukang ojek jenis ini memang membutuhkan nyali yang besar.
“Kalau tidak mahir selain bisa membahayakan keselamatan sendiri bisa membahayakan keselamatan orang lain apalagi terkadang yang kita bawa balok balok kayu bulat,” ungkap Zubaidi Selasa (28/4/2015).
Ia mengatakan hari ini kayu yang dibawanya secara kebetulan sudah dipotong dengan bentuk yang lebih rapi meski beberapa diantaranya belum dipotong sempurna. Kayu kayu tersebut diletakkan di atas motor dengan kayu kayu penyangga dan tetap diikat agar lebih mudah dibawa.
Sekali angkut puluhan potong kayu pipih bisa dibawanya, sementara jika kayu bulat atau setengah bulat muatan akan lebih sedikit tergantung kemampuan serta kemahiran dalam mengendalikan kendaraan dengan muatan kayu tersebut.
Sang kawan, Rohmat pun menuturkan menjadi pengojek kayu tidaklah semulus seperti yang terlihat saat melintas di jalan aspal. Ia menuturkan sebelum berjalan di jalan aspal dirinya melintasi kebun kebun yang terkadang berbatu, berlumpur dan bahkan kondisi jalan yang rusak.
“Tiga kilometer dilalui jalan aspal, tapi sebelumnya sekitar satu kilometer kami membawa kayu kayu ini dari bukit bukit yang tak bisa dilalui oleh kendaraan roda empat sehingga ojek kayu sangat diperlukan,” ungkap Rohmat.

Beberapa wilayah di Bakauheni memang memiliki lahan perbukitan yang ditanami pohon kayu budifaya seperti jenis kayu sengon serta diantaranya kayu kayu lain untuk bahan bangunan sepeti kayu Medang, Kayu Bayur.
Rohmat mengaku harus ekstra hati-hati saat mengangkut kayu dengan mengunakan sepeda motor modifikasi di jalan tanah yang terjal dengan tanjakan dan turunan curam. Namun bukan berarti di jalan aspal mulus ia tidak ekstra hati hati sebab Jalan Lintas Timur Sumatera merupakan jalur yang dilalui kendaraan kendaraan berat serta penuh dengan tanjakan dan turunan seperti di turunan Menara Siger.
Menurut Rohmat, di daerah itu, tukang ojek kayu atau disebut ojek palang, merupakan salah satu pekerjaan yang menjanjikan karena penghasilannya lebih besar daripada ojek biasa. Zubaidi dan Rohmat merupakan dua diantara puluhan pengojek kayu, mereka berdua mengungkapkan secara kebetulan hari ini kayu yang diangkut terbilang sedikit kurang dari empat kubik sehingga tak memerlukan banyak pengojek kayu.
“Kalau lagi banyak yang diangkut kami biasanya rombongan empat hingga lima orang, tapi hari ini kami hanya berdua karena kayu yang dibawa sedikit,” ungkap Rohmat
Berdasarkan pengakuan Rohmat dan Zubaidi setiap hari dirinya bisa mendapatkan upah antara Rp 150 ribu sampai Rp 250 ribu, tergantung dari jarak dan medan yang ditempuh. Upah biasanya disepakati sebelum pekerjaan dilakukan dan survei tempat akan dilakukan sebelum negoisasi upah benar benar disetujui antara pihak pemilik kayu dan pengojek kayu.
“Kalau tidak sesuai, saat kendaraan kami mengalami kerusakan tentunya kami yang akan tekor dan juga kami yang akan kesulitan, maka harus ada kesepahaman antara pemilik kayu dan pengojek,” tutur Rohmat.
Rohmat dan Zubaidi mengaku sudah menjadi tukang ojek kayu sejak tiga tahun terakhir. Profesi tersebit dijalaninya untuk sambilan. Meskipun diakuinya awalnya keduanya merupakan ojek penumpang biasa yang mangkal di pertigaan Menara Siger. Tapi karena sepi penumpang dan beberapa langganan memiliki sepeda motor keduanya beralih menjadi ojek kayu.
Modifikasi sepeda motor yang dilakukan kedua pengojek kayu terbilang cukup sederhana. Hanya dengan menambah palang kayu di samping kiri dan kanan motor, ditambah roda belakang dipasangi rantai, plus gear roda diganti dengan ukuran lebih besar, maka jadilah motor pengangkut kayu yang handal untuk menapaki tanjakan curam.
Meski upah yang didapat cukup menjanjikan, namun tak jarang Zubaidi dan Rohmat mendapatkan risiko dari pekerjaannya tersebut seperti terjatuh atau tertimpa tumpukan kayu yang dibawanya. Tanpa menggunakan pengaman selayaknya pengendara motor bahkan keduanya tahu resiko tersebut berkendara tanpa helm, bahkan tanpa menggunakan sepatu boot serta pelindung kaki dan tangan.

Pengojek kayu bagi keduanya merupakan pekerjaan penuh resiko namun demi keluarganya pekerjaan tersebut tetap dilakukan. Pekerjaan yang bagi orang lain terasa memiliki tingkat kesulitan tinggi tersebut nyatanya menjadi lahan pekerjaan yang bisa membuat keduanya bisa menghidupi keluarga dari jerih payah mereka sendiri.