![]() |
Kampung Nelayan |
CENDANANEWS(Lampung)– Ratusan warga di Dusun Keramat Kecamatan Ketapang Lampung Selatan Provinsi Lampung mayoritas berprofesi sebagai nelayan. Beberapa diantaranya sebagai nelayan tangkap dan juga nelayan budidaya. Aktifitas menangkap ikan dilakukan warga menjelang malam dan baru akan pulang menjelang pagi hari. Perairan Pantai Timur Pulau Sumatera dan Selat Sunda menurut Sadide (42) salah seorang tokoh nelayan di Bakauheni, merupakan sumber untuk kehidupan nelayan di daerah tersebut.
Meskipun sudah menjadi nelayan tangkap dengan perahu perahu tradisional, namun menambah penghasilan dengan membudidayakan berbagai jenis ikan bernilai ekonomis tinggi dilakukan oleh warga Dusun Keramat. Seperti dilakukan oleh Rudi (34) yang mengaku mulai menekuni budidaya ikan kerapu, lobster di keramba apung buatannya. Ia mengaku memerlukan modal cukup besar untuk pembuatan keramba apung di sekitar Pulau Keramat.
“Saya membuat keramba apung berbahan tong tong dan jaring dan ditempatkan di dekat Pulau Keramat sudah sejak tiga tahun lalu mas, untuk tambahan penghasilan,” ungkap Rudi kepada Cendananews.com Kamis (23/4/2015).
Sebagai nelayan ia mengaku keramba apung tersebut membutuhkan perawatan yang khsusus, namun tetap masih bisa ditinggal untuk melakukan aktifitas melaut sebagai nelayan tangkap. Berbekal modal sekitar 6 juta lebih untuk pembuatan dan perwatan keramba apung tersebut Rudi membudidayakan lobster serta kerapu. Hasil dari budidaya tersebut rata rata menjadi pesanan beberapa restoran di kota Bandarlampung untuk makanan yang berkelas.
“Lobster, kerapu sudah menjadi pesanan dan setiap panen atau jika dibutuhkan saya akan sortir yang sudah layak untuk ditangkap kan tinggal angkat dari keramba,” ungkap Rudi.
Pembudidayaan ikan dalam keramba diakui oleh Rudi harus telaten sebab dalam kondisi cuaca kurang bagus ombak terkadang menggeser posisi keramba miliknya meskipun keramba sudah ditempatkan terhalang di balik Pulau Keramat. Hasil dari penjualan ikan keramba tersebut digunakan untuk membiayai kehidupan sehari hari dan menyekolahkan anaknya.
Selain Keramba apung, salah seorang warga lain Mat Soleh (45) juga memiliki bagan apung. Bagan apung juga merupakan tempat untuk menangkap ikan jenis teri dan jenis tertentu. Proses pembuatan Bagan menurut Mat Soleh juga memerlukan modal yang banyak namun karena kemudahan tak perlu melaut terlalu jauh maka ia membuat bagan berada di pinggir pantai.
Keunikan masyarakat nelayan di Dusun Keramat adalah menjaga habitat Pohon Bakau yang tetap terjaga hingga sekarang sehingga biota laut di sekitar wilayah tersebut bisa berkembang dengan baik.
Bagan menurut Mat Soleh merupakan alat tangkap pasif karena cara pengoperasian alat tangkap ini tetap diwiayah yang sama yaitu dengan bagan tancap cara kerjanya menjebak atau lebih tepatnya memanfaatkan tingkah laku biota laut yang suka sekali dengan cahaya (fototaksis) dengan memanfaatkan lampu bohlam plus serangkaian genset atau petromak jika mau lebih irit, sedangkan bagan jenis yaitu bagan apung, kontruksinya mirip dengan bagan tancap saja tidak kontruksi bagian bawahnya adalah kapal, sehingga lebih leluasa berpindah dalam mencari ikan targetnya, cara kerjanya sama persis dengan bagan tancap.
“Peralatannya cukup rumit tapi lumayan saya bisa menangkap ikan berdasarkan keinginan saya dan musim musim ikan sedang banyak,”ungkap Mat Soleh.
Penangkapan ikan menurut Mat Soleh dilakukan malam hari kerena menggunakan jaring angkat. Memanfaatkan prinsip untuk menangkap kelompok ikan yang mencari makanan di sekitar cahaya seperti plankton dan ikan-ikan kecil.



Mat Soleh dan Rudi hanya beberapa nelayan di wilayah itu yang menggunakan pantai untuk dimanfaatkans ebagai tempat keramba dan bagan ikan. Mereka mengaku cara tersebut merupakan salah satu cara untuk menjaga ekosistem yang ada di wilayahnya dan tetap menjaga lingkungan. Bagan serta keramba apung tersebut pun tidak mengganggu alur masuk keluar ke dermaga karena posisinya berada di dekat rerimbunan pohon bakau.
“Kami melarang warga menebang pohon bakau di sekitar sini apalagi di lokasi Pulau Keramat yang dikearamtak, buktinya daerah ini menjadi sumber kehidupan bagi kami,” ungkap mat Soleh.
Ia dan warga lainnya yang berprofesi sebagai nelayan pun mengaku bisa mendapat ikan dengan cara budidaya serta tangkap. Hasil ikan tangkapan tersebut dijual kepada para pengepul di tempat pendaratan ikan dermaga Keramat yang akan didistribusikan ke berbagai daerah di Lampung maupun Jakarta.