Gunung Anak Krakatau Masih Berstatus Waspada

Memantau Gunung Anak Krakatau
CENDANANEWS (Lampung) – Kondisi Gunung Anak Krakatau (GAK) yang merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia dan terletak di Selat Sunda antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera berada dalam status waspada. 
Hal tersebut disampaikan Andi Suardi (45), pengawas Pos pengamatan Gunung Anak Krakatau terletak di Desa Hargo Pancuran Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan tepatnya berada di lereng Gunung Rajabasa dan masih berada di bawah kendali Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung Jawa Barat. 
Berdasarkan data yang dicatat dalam buku harian catatan kegempaan Gunung Anak Krakatau, Andi mengungkapkan Gunung Anak Krakatau (GAK) masih dinyatakan dalam status waspada. Hal tersebut terlihat dari data seismograf yang berada di pos pantau tersebut.
Berdasarkan pengamatan pos pantau yang terletak di kaki Gunung Rajabasa tersebut GAK masih bisa dilihat secara visual tanpa menggunakan teropong. Biasanya GAK selalu tertutup kabut tipis, namun dari pengamatan terlihat pulau Sertung, Pulau Panjang, dan Pulau Rakata besar terlihat dengan jelas. Setelah sempat mengalami erupsi pada awal September 2012 lalu, GAK mulai memasuki fase istirahat. 
Menurut Andi Suardi kondisi adanya letusan letusan kecil atau adanya erupsi justru bagus karena letusan GAK merupakan aktifitas normal untuk memuntahkan material vulkanik yang ada di dalam kaldera gunung api yang berada di Selat Sunda tersebut.
Andi mengungkapkan, kegempaan sebagai akibat aktifitas vulkanik GAK memang selalu berubah-ubah. Aktifitas kegempaan vulkanik pun terpantau secara fluktuatif terkadang turun terkadang naik. Proses pemantauan menurut Andi menggunakan data satelit karena satu alat pantau diletakkan di lereng Gunung Anak Krakatau di atas pal 7 dan dihubungkan dengan pos pantau.
”Setelah letusan pada bulan September 2012 hanya terbaca di seismograf  aktifitas kegempaan dangkal yang cukup dominan, “ ujar Andi sambil menunjukkan alat seismograf yang terus bergerak,  ungkapnya kepada Cendananews.com Rabu (22/4/2015).
Aktifitas kegempaan yang dicatat berdasarkan catatan seismograf menurutnya memang cukup fluktuatif, terlihat sepanjang bulan Februari-April, dari data harian kegempaan berada di kisaran 345, 453, 256, sehingga dirata-rata menurut Andi setiap harinya selama sebulan kegempaan mencapai 300-500 kegempaan.
Gunung yang pernah meletus dahsyat di tahun 1883 itu memang sangat fenomenal. Sehingga justru banyak wisatawan dari mancanegara, diantaranya dari Spanyol, Rusia dan Amerika yang berkunjung ke GAK. Kegempaan yang mencapai 300-500 perhari tersebut  menyebabkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang berkedudukan di Bandung masih belum menurunkan levelnya dari Waspada ke level siaga.
Pos pantau GAK melaporkan aktifitas gunung tersebut dalam sehari kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lamsel setiap hari pada pukul 09.00 WIB dan 20.00 WIB. Laporan tersebut menjadi bahan acuan untuk menentukan status GAK. Sehingga dalam status waspada ini nelayan maupun  wisatawan dilarang memasuki area GAK dalam radius 2 Kilometer. Hal tersebut dimaksudkan untuk  keselamatan, sebab dikuatirkan aktifitas sewaktu-waktu bisa berubah.
Jika saat mengamati gunung tersebut, terlihat kabut putih tipis yang menaungi kubah Gunung tersebut. Menurut Andi, hal tersebut dikarenakan GAK tertutup kabut yang berasal dari dalam kawah, kabut tersebut merupakan aktifitas normal vulkanis. Asap berwarna putih tipis tersebut mengarah ke arah barat mengikuti arah angin.
Aktifitas GAK dapat dilihat setiap hari dari data seismograf yang berada di pos pantau tersebut. Kegempaan meliputi kegempaan vulkanik luar dan vulkanik dalam. Terkait hal tersebut Andi yang bertugas di pos pemantauan GAK  selama 20 tahun itu  mengungkapkan bahwa sejauh ini wilayah Lamsel masih  dapat diprediksi dalam keadaan aman. Karena dengan adanya aktifitas justru kemungkinan adanya Tsunami sangat kecil. Hal tersebut bisa diprediksi karena apabila GAK masih mengeluarkan material vulkanik dari dalam gunung sebagai aktifitas magmatic yang terjadi setiap hari.
“Justru perlu diwaspadai jika gunung tersebut tidak menunjukkan aktifitasnya. Kita bisa melihat sejarah Gunung itu dari aktifitasnya, “ tutupnya. 
Andi mengaku saat kondisi GAK meningkat dirinya selalu menjadi pusat perhatian dan juga selalu ditelpon oleh berbagai instansi termasuk media. Sebab rata rata informasi valid yang ingin didapat berasal dari keterangan pos pantau dimana ia menjadi petugasnya.
Andi Suardi (45), berkat pantauannya kondisi Anak Gunung Krakatau yang merupakan gunung yang timbul setelah ledakan Gunung Krakatau Purba bisa menjadi informasi penting kondisi gunung di tengah laut tersebut.
Menurut Andi Suardi, ia sudah bertugas di tempat tersebut sejak tahun 1995 dari awalnya sebagai tenaga honorer hingga diangkat menjadi pegawai negeri sipil. Pos pemantauan GAK yang ada di Pulau Sumatera sengaja ditempatkan di Lampung tepatnya di Desa Hargo Pancuran, sementara jarak terdekat lainnya di Pulau Jawa Pos Pemantau GAK terletak di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten.
Lihat juga...