
CENDANANEWS (Kendari) – Sebagai kota yang oleh UNESCO-IHE dan ADB (Asian Development Bank) dijadikan sebagai contoh kota hijau, Kendari belum mampu keluar dari masalah banjir.
Pemerintah daerah dan penggiat lingkungan dalam berbagai kesempatan menyatakan bahwa penyebab banjir di Kendari adalah masalah drainase, maraknya penggunaan anakan kayu hutan atau dolken sebagai penyangga konstruksi bangunan dan kerusakan hutan mangrove di sekitar Teluk Kendari.

Pembangunan pesat di hampir seluruh wilayah kota Kendari jika tidak diimbangi dengan pembangunan drainase yang tidak proporsional sangat memungkinkan akan memperparah banjir di Kendari. Ditambah lagi dengan kerusakan hutan mangrove di sekitar teluk yang semakin tak teratasi, bukan hal mustahil banjir besar seperti di Ibukota pun terjadi di Kendari.
Terbukti dengan diguyur hujan yang tidak terlalu deras dalam waktu singkat, sudah banyak jalan di pusat kota yang digenangi air. Beberapa pemilik toko pun terpaksa menutup tokonya lebih cepat dari jadwal yang seharusnya karena genangan air di jalanan semakin meninggi. Terlebih lagi para pedagang kaki lima, mereka harus selalu siaga menyelamatkan barang dagangan dan peralatannya setiap kali hujan turun. Dan pengendara harus menikmati kemacetan jalan yang cukup panjang karena lampu lalu lintas tak berfungsi.
Kondisi Jalan Saranani, Kendari




———————————————
Kamis, 23 April 2015
Penulis : Gani Khair
Fotografi : Gani Khair
Editor : Sari Puspita Ayu
——————————————–