
“Awalnya memang banyak tapi karena memang ada yang mampu mereka pindah ke sekolah sepakbola yang lebih rutin latihannya dan mampu membayar iuran setiap latihan,” ungkap Amax.
Dasar itulah yang membuat Amax semakin ingin melatih anak anak tersebut karena bagi anak anak yang kini bertahan berlatih bersamanya, iuran untuk SSB yang terbilang mahal untuk ukuran anak anak kurang mampu membuat mereka masih tetap berlatih dalam Perseka. Dalam sekali latihan anak anak tersebut mengaku membayar sebesar Rp2.000,-,
Lapangan sepakbola yang sekarang digunakan pun merupakan satu satunya lapangan yang cukup bagus di Kecamatan Penengahan sehingga beberapa sekolah sepakbola mempergunakannya. AKhirnya dibuat jadwal tertentu dalam seminggu dan Perseka mendapat giliran setiap hari Kamis sementara hari lainnya digunakan tim lain.

Amax mengaku memiliki harapan besar untuk memajukan anak anak dalam bidang olahraga khususnya sepakbola meskipun saat ini diakuinya untuk latihan Perseka hanya memiliki sebanyak 6 buah bola. Sementara untuk kostum,mengingat keterbatasan anak anak yang rata rata memiliki orangtua petani, pekebun tersebut Amax tidak mewajibkan untuk memiliki kostum bola, demikian juga untuk sepatu.
“Kami tidak memiliki kostum sepakbola untuk tim, ke depan harapannya kami punya maka kami saat ini ya memakai kostum olahraga yang dijual di pasar, yang penting ada semangat untuk berlatih,”ungkap Amax.
Amax pun tak mengharapkan bayaran sebab uang iuran latihan tersebut ditabung untuk persiapan membeli bola serta untuk persiapan jika ada pertandingan antar kampung. Apalagi latihan yang dilakukan masih rutin seminggu sekali akibat keterbatasan waktu pakai lapangan.