Kenaikan BBM Memberatkan Kaum Petani dan Nelayan

Petani sedang membajak sawa mengunakan mesin[Foto:CND]

CENDANANEWS (Lampung) – Para petani di Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung merasa  bingung terhadap kebijakan pemerintah yang tak lagi mensubsidi BBM jenis premium. Sebagai petani, mereka juga menggunakan solar, premium sebagai bahan bakar untuk mesin penyedot air serta untuk traktor.
Proses penyesuaian harga bahan bakar yang dilakukan pemerintah tersebut sebelumnya sempat membuat gembira petani karena harga premium turun. Namun sejak harga premium kini kembali merangkak naik, mereka pun resah.
Apalagi harga 1 liter premium bisa mencapai Rp 11 ribu rupiah dari pengecer. Hal ini karena mereka tinggal di pelosok desa yang jauh dari SPBU. Bahkan BBM di pengecer pun tak selalu mudah didapat.
Seperti yang dialami oleh para petani di Desa Gandri, Kecamatan Penengahan Lampung Selatan. Sumaidi (34) kepada Cendananews.com, Senin (30/03/2015) mengungkapkan, dampaknya terasa sekali pada saat sedang panen jagung. Selain berdampak bagi kendaraan pengangkut jagung juga berdampak bagi meningkatnya operasional untuk mesin perontok jagung yang menggunakan BBM.
“Harga premium naik sedangkan saya menggunakan jasa angkut atau ojek jagung, tentunya mereka akan meminta upah menyesuaikan harga sebab membeli bensin di pengecer juga sudah naik,” ungkap Sumaidi yang mengaku jarak ke SPBU terdekat berjarak sekitar 20 kilometer.
Hal yang sama juga dikeluhkan para tukang ojek di desa Palas Pasemah Kecamatan Palas. Mereka mengaku semakin tertekan dengan kenaikan harga BBM. Sementara di sisi lain, penumpang semakin enggan menggunakan jasa mereka sebab sekarang sudah banyak warga memiliki kendaraan sendiri dan hanya anak sekolah serta langganan para pedagang sayur yang masih menggunakan jasa mereka.
Keresahan juga membayangi wajah para nelayan di pesisir pantai Kalianda dan Bakauheni tepatnya di TPI Muara Piluk dan TPI Boom Kalianda pascakenaikan harga BBM Sabtu (28/3/2015). Apalagi harapan masyarakat nelayan di TPI Boom Kalianda untuk membeli BBM dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) belum direalisasikan.
“Kami sudah lama ingin ada SPBN di Kalianda namun hingga harga BBM naik turun beberapa kali, SPBN tersebut tak kunjung berdiri kami terpaksa membeli dari SPBU umum yang jaraknya mencapai 3 kilometer,” ujar Ahmad (36) salah seorang nelayan di Kalianda.
Dengan kenaikan harga BBM Rp 500 setiap liternya, mereka mau tak mau harus menaikkan harga jual ikannya. Padahal saat ini harga jual ikan tangkapan tengah turun. Akibatnya hasil tangkapan tak mampu menutup biaya operasional melaut.

Salah seorang nelayan, Ujang (40) mengeluhkan sikap pemerintah yang kerap menaikkan dan menurunkan harga BBM. Mereka berharap pemerintah konsisten dengan sikapnya untuk mensejahterakan rakyat kecil.
“Kalau mau dinaikkan ya dinaikkan. Jangan naik-turun naik-turun, biar pasti. Trus harga ikan dinaikinlah. Kalau BBM naik harga ikan turun ya nggak usah ke laut,” ujar Ujang Senin (30/3/2015).
Para nelayan mempertanyakan komitmen pemerintah yang berjanji menyejahterakan nelayan. Apalagi hingga kini tak ada kompensasi akibat perubahan harga BBM yang mereka terima dari pemerintah.
Pemerintah menaikan harga BBM subsidi jenis solar dan premium sebesar Rp 500 per liter. Rinciannya, harga Solar dari Rp 6.400 menjadi Rp 6.900 per liter. Sedangkan harga Premium dari Rp 6.800 menjadi Rp 7.300 per liter. Kenaikan harga tersebut berlaku sejak Sabtu (28/3/2015).

———————————————————-
Senin, 30 Maret 2015
Jurnalis : Henk Widi
Editor   : ME. Bijo Dirajo
———————————————————-

Lihat juga...