Beberapa teori Komunikasi dan Media Kritis menjelaskan: media bisa membentuk, memanipulasi, atau mendistorsikan realitas sosial.
Teori Hegemoni (Antonio Gramsci): media sering menjadi alat hegemoni kelas dominan. Jika pesantren dipandang mengancam “narasi modernitas” atau “arus utama”. Media dapat membingkainya secara negatif untuk mempertahankan dominasi budaya sekuler.
Teori Konstruksi Sosial atas Realitas (Peter L. Berger & Thomas Luckmann): realitas sosial tidak bersifat objektif, melainkan dikonstruksi manusia, termasuk oleh media. Teori Agenda Setting (McCombs & Shaw): media massa tidak secara langsung memberitahu publik apa yang harus dipikirkan, tetapi isu apa yang perlu dipikirkan.
Teori Framing (Goffman, Entman): media menggunakan bingkai (frame) tertentu untuk menafsirkan realitas. Teori Spiral of Silence (Elisabeth Noelle-Neumann): media dominan memproduksi narasi Tunggal. Pihak berbeda pandangan (misal: kalangan pesantren) bisa diam karena takut dikucilkan.
Teori Ekonomi Politik Media (Vincent Mosco, Herman & Chomsky): media tidak netral; ia tunduk pada struktur ekonomi dan kepentingan pemilik modal. Jika pemilik media memiliki kepentingan tertentu (politik, ekonomi, ideologi), maka pemberitaan bisa diarahkan untuk mendiskreditkan pihak yang dianggap mengganggu kepentingan tersebut.
Teori Propaganda dan Manipulasi Persepsi (Jacques Ellul, Edward Bernays): media bisa menjadi sarana propaganda modern-bukan dengan kebohongan frontal, tapi dengan seleksi, framing, dan penekanan emosional. “Kebenaran parsial” disajikan sehingga publik merasa telah tahu segalanya. Padahal konteksnya disembunyikan.