Barat vs. Sinosentrisme – 6%. Persaingan sistem nilai dan dominasi global antara Barat dan China. Contoh: isu Taiwan – China ingin mengontrol, Barat mendukung kemerdekaan. Uighur di Xinjiang – Barat menuduh pelanggaran HAM, China menolak. China vs. AS dalam teknologi (TikTok, Huawei) – Perebutan dominasi digital. Belt and Road Initiative (BRI) – Soft power China di Global Selatan. Laut China Selatan – Konflik klaim teritorial dan dominasi kawasan.
Postmodernisme vs. Rasionalisme – 5%. Debat antara nilai universal, sains objektif vs kebenaran relatif berbasis pengalaman/identitas. Contoh: Woke (kesadaran terhadap ketidakadilan) vs. Anti-Woke di AS dan Inggris – Identitas vs meritokrasi. Debat tentang sains dan gender – Penolakan definisi biologis oleh beberapa kelompok progresif. Universitas sebagai medan ideologi – Pembungkaman lawan ideologis melalui “cancel culture”. Teori Kritis Rasial di AS – Konflik dalam kurikulum dan pendidikan. Sastra dan Seni Modern – Persoalan apakah nilai estetika masih objektif.
Neo-Kolonialisme vs. Kedaulatan Global Selatan – 3%. Negara berkembang menolak dominasi politik dan ekonomi negara maju. Contoh: Afrika menolak kehadiran militer Prancis (Mali, Niger) Kritik Global Selatan terhadap WTO/WHO – Ketimpangan kebijakan perdagangan dan kesehatan. Pemberontakan terhadap utang Tiongkok di Afrika – Perangkap utang BRI (Belt and Road Initiative). Gerakan BRICS – Inisiatif untuk membentuk tatanan baru anti-Barat. Gerakan Non-Blok Baru (Indonesia, India) – Menolak ikut kutub global.
Berdasarkan peta itu, bagaimana seharusnya reposisi Indonesia?. Ikut arus atau memainkan ritemenya sendiri. Tentu jika spiritnya berdaulat atas bangsa sendiri, sudah seharusnya yang kedua menjadi pilihan dan concern.