Kembang Alang-alang Watu Gilang, Kisah Kearifan Lokal yang Memikat
OLEH YUDA WIRA JAYA
Setelah drama audio/radio mengalami mati suri yang cukup panjang, yakni sejak akhir masa orde baru tahun 1990-an pada 2019 hingga sekarang, Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai menghidupkan drama audio kembali melalui dana keistimewaan (DANAIS) yang diproduksi secara regular tiap tahunnya.
Drama audio ini di-distribusikan melalui platform youtube. Salah satu judul yang menarik iyalah Kembang Alang-alang Watu Gilang, ditulis oleh Indra Tranggono, sutradara Landung Simatupang. Link youtube : https://youtu.be/6RySku_Xhkk si=bwhCmCcl1i6qCnxl
Drama ini berkisah tentang penari tayup jelita bernama Lastri (diperankan Lia Nirwana), dari desa Watu Gilang.
Pak Gardjito, ayah kandung Lastri (Jujuk Prabowo), bermaksud mengesahkan putrinya untuk menjadi ledek Watu Gilang atas permintaan dari danyang sendang di desa tersebut, permintaan ini datang melalui mimpi yang ditujukan kepada Pak Garjito.
Warga Watu Gilang masih memperrcayai, bahwa amanah yang ditujukan melalui mimpi, merupakan petunjuk atau wangsit yang harus dijalankan, jika tidak, yang bersangkutan akan terkena tulah (celaka).
Lastri sejujurnya enggan ditetapkan sebagai ledek, namun Bu Sumi, ibunya (diperankan Aji Pradifta) berusaha membujuk dan meyakinkan Lastri.
Maka iya pun mengikuti mimpi itu, dan Lastri berhasil dikukuhkan sebagai penari tayub dengan prosesi upacara adat yang dijalankan secara turun-tumurun.
Ketika Lastri menggelar pentas perdananya, setelah resmi menjadi penari tayup, Denmas Brono (Irfan UG) salah seorang penonton dari desa sebelah yang juga termasuk orang kaya, tertarik kepada Lastri, iya membuat rencana agar bisa dekat dengan penari yang cantik itu.