Prabowo di Tengah Politik Sengkuniisme

Ketua umum partai justru mengemukakan terbuka: ada kecurangan pesta demokrasi secara TSM. Ketika jalur-jalur formal penegakan hukum menyatakan sebaliknya. Maka statemen itu jatuhnya menjadi intrik.

Satatemen itu dinilai sejumlah pihak sebagai delegitimasi. Ditujukan kepada cawapres terpilih. Gibran. Pada sisi lain memberi apresiasi positif kepada presiden terpilih Prabowo. Dinilai berbagai pihak sebagai upaya memecah koalisi Prabowo-Jokowi.

Ternyata PDIP sendiri belakangan diisukan hendak menjalin koalisi dengan Prabowo.

Terakhir muncul isu akun “fufufafa”.  Statemen-statemen yang dihembuskan sebagai milik wapres terpilih. Ketika menyudutkan presiden terpilih pada masa lalu. Andaipun benar kepemilikan akun itu. Semua sudah berlalu.

Bahwa pada masa yang lalu keduanya saling berkompetisi. Tidak mustahil beragam isu digelontor.  Bahan saling menjatuhkan. Apalagi jika terbukti akun itu bukan milik wapres terpilih.

Isu-isu seperti itulah mencuat dalam peradaban Sengkuniisme. Bukan isu-isu substansial.

Intinya peradaban politik kita masih menyukai tema-tema intrik. Bukan isu-isu strategis berbangsa bernegara. Isu-isu strategis perjuangan ide dan gagasan melalui jalur-jalur formal. Melainkan menyukai berbagai character assasination melalui beragam produksi intrik.

Beruntungnya, intrik itu ditujukan kepada presiden terpilih Prabowo. Ia berlatar komando tempur militer. Terbiasa mengambil keputusan cepat. Untuk menghindarkan pasukannya terhindar dari beragam disinformasi.

Prabowo menjawab intrik-intrik itu.

Pertama, tidak ada keretakan antara dirinya dengan Presiden Jokowi. Ia bahkan menjamin akan melindungi Presiden Jokowi.

Lihat juga...