Landasan kuat itu adalah pertanian tangguh didukung industri yang kuat. Tahun 1997 terjadi krisis moneter di berbagai Kawasan dunia. Bukan hanya di Indonesia saja.
Peristiwa itu hanya berjarak 3 tahun dari tahun 2000. Tahun yang dianggap oleh presiden Soeharto sebagai titik aman Indonesia menghadapi kontestasi global. Pada tahun itu industri Indonesia sudah banyak yang mulai produksi. Indonesia tidak akan bergantung ke negara-negara lain. Relatif mandiri. Termasuk alutsista.
Presiden Soeharto berkali-kali juga mengisaratkan tidak keberatan untuk suksesi. Kepemipinan nasional harus berganti. Akan tetapi secara konstitusional. Ia tidak hendak menjadi presiden seumur hidup. Sebagaimana yang dilakukan pendahulunya. Presiden Soekarno.
Krisis itu dimanfaatkan sejumlah pihak bermadzhab goro-goro. Melakukan perubahan dengan proses kekacauan. Terjadilah krisis politik tahun 1998. Krisis itu mengantar Indonesia ke dalam rezim demokrasi yang cenderung liberal. Skenario pembangunan sistematis-bertahap-berkelanjutan dikesampingkan. Landasan kuat sebagai negara maju itu harus dikonsolidasi ulang dari awal lagi.
Era reformasi juga tidak sepi dari menyeruaknya madzhab goro-goro. Semua presiden hendak dijatuhkan di tengah jalan.
Sejak rezim pemilu langsung, upaya itu menemukan kegagalan. Setidaknya tidak menemukan cara mudah.
Kini, Indonesia menghadapi pemilu 2024. Terjadi pertarungan antara ide keberlangsungan dan perubahan. Tidak jarang ide perubahan itu didukung cara pandang bahwa hanya kecurangan yang bisa mengalahkannya. Satu narasi yang bisa membawa pada pintu gerbang kekacauan. Pintu gerbang goro-goro.