Mayor Jenderal Soeharto “dikroyok” Presiden Soekarno dan Kabinetnya

Oleh : Noor Johan Nuh

Noor Johan Nuh

Presiden Soekarno sangat prihatin atas gugurnya Komodor Yos Sudarso di pertempuran Laut Aru hingga mencopot Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Laksamana Suryadarma karena dianggap tidak mem-_backup_ misi rahasia ini, dan menunjuk Kolonel Omar Dani sebagai KSAU.

Untuk membahas masalah ini, Presiden Soekarno memanggil Panglima Mandala Mayor Jenderal Soeharto ke sidang kabinet.

Dalam sidang kabinet, Presiden Soekarno meminta kepada Panglima Mandala Mayor Jenderal Soeharto untuk membalas dengan menenggelamkan kapal perang Belanda.

Kehendak Presiden Soekarno didukung oleh Menteri Penerangan Mohammad Yamin dan anggota kabinet lainnya.

Posisi Jenderal Soeharto sangat sulit yaitu Presiden dan para menterinya meminta ia membalas atas kematian Komodor Yos Sudarso dan tengelamnya MTB Macan Tutul.

Akan tetapi Jenderal Soeharto menolak perintah itu seperti ditulis di otobiografinya, Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya; “Baik, Pak, kalau benar kita bisa menyelesaikan perjuangan kita memasukkan Irian Barat ke dalam negara kita dengan menenggelamkan kapal itu saja, akan saya lakukan. Tetapi kalau tidak, ini hanya akan merusak rencana saya. Karena dengan begitu, Belanda malahan akan jadi lebih siap.

Tapi Presiden Soekarno dan Mohammad Yamin tetap mendesak agar Jenderal Soeharto menenggelamkan kapal perang Belanda.

Namun Jenderal Soeharto tetap kekeh dengan pendiriannya dan mengatakan; “Akan saya lakukan. Tetapi saya betul-betul minta jaminan bahwa dengan begitu Irian Barat bisa masuk jadi wilayah kita. Semua pihak harus mengamankan rencana operasi saya, operasi militer, supaya bisa menjamin bahwa nanti pada tanggal 17 Agustus 1962, Irian Barat sudah kita kuasai.”

Lihat juga...