G30S/PKI: SOEKARNO-SOEHARTO BERENANG DI ANTARA DUA KARANG
Oleh: Abdul Rohman
Gerakan militer diskenariokan untuk menjadikan TNI AD ibarat kereta tanpa masinis. Agar kemudian bisa digantikan oleh perwira-perwira yang loyal terhadap PKI dan rencana kudetanya.
Tahap kedua, dilakukan pembentukan Dewan Revolusi dengan mendemisionerkan Kabinet Presiden Soekarno. Dewan Revolusi merupakan boneka PKI sebagai pengendali kekuasaan yang baru atas penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Pembentukan dewan revolusi pada tingkat pusat akan ditindaklanjuti dengan pembentukan dewan revolusi pada tingkat daerah. Begitu pula dengan kaki tangan Dewan Jenderal. Akan dilakukan pembersihan oleh PKI sampai ke desa-desa.
Gerakan militer G30S/PKI pada akhirnya bisa dipupus oleh Mayjen Soeharto. Gerakan politik PKI untuk menggantikan kekuasaan di Indonesia melalui bonekanya Dewan Revolusi akhirnya tidak bisa dijalankan sesuai rencana.
Secara makro kesejarahan, buku ini mengungkap G30S/PKI merupakan salat satu dari serangkaian perulangan dekonstruksi terhadap eksistensi peradaban nusantara. Kedaulatan nusantara pernah hendak didekonstruksi oleh aneksasi Kubilai Khan. Kemudian oleh kekaisaran Cina melalui proyek “Paregreg”.
Nusantara kemudian menjadi koloni Eropa dan Jepang. Setelah itu ada upaya menjadikannya sebagai subordinasi Komunis Rusia. Terakhir upaya subordiansi komunis RRC melalui peristiwa G30S/PKI. Pada tahun 1965 itu, komintern berada dalam kepemimpinan RRC.
Buku itu menggambarkan dalam melewati peristiwa G30S/PKI, Presiden Soekarno dan Mayjen Soeharto ibarat berenang di antara dua karang. Indonesia yang baru merdeka pada saat itu harus berhadapan dengan kekuatan blok timur (komunis) dan barat (Eropa-Amerika) sekaligus.