17 November 1981, Presiden Soeharto resmikan Bendungan Gajah Mungkur
SELASA, 17 NOVEMBER 1981 Presiden Soeharto meresmikan penggunaan bendungan serba guna Wonogiri, Jawa Tengah.
Bendungan yang diberi nama “Gajah Mungkur” ini merupakan pengembangan untuk memanfaatkan sumber-sumber air Bengawan Solo dan anak-anak sungainya.
Dengan adanya bendungan ini, maka banjir yang kerap kali melanda wilayah aliran sungai ini dapat dikendalikan, disamping dapat menambah jaringan irigasi, dan membangun pembangkit listrik tenaga air.
Menyambut peresmian waduk ini, Kepala Negara mengatakan bahwa untuk memanfaatkan dan mengembangkan sumber air dari sebuah sungai saja, diperlukan waktu yang lama disertai dengan kerja keras dari beribu-ribu orang serta modal yang besar.
Padahal, demikian Presiden, pengembangan dan pemanfaatan sumber-sumber air Bengawan Solo ini, baru merupakan satu masalah dari sekian banyak masalah pembangunan.
“Pembangunan yang kita lakukan ini, tidak saja menangani satu atau dua ataupun beberapa masalah, tetapi beratus-ratus bahkan beribu-ribu masalah besar dan kecil. Dan masalah-masalah yang harus kita tangani juga tidak akan pernah selesai, sebab pembangunan selalu membawa persoalan-persoalan dan tuntutan-tuntutan baru,” sebut Presiden Soeharto.
Memang, kata Kepala Negara, pembangunan yang sedang dilaksanakan bukan pembangunan kecil-kecilan. Pembangunan yang dilaksanakan sekarang ini merupakan pembangunan besar-besaran dengan tujuan yang besar pula, yaitu mengubah nasib bangsa Indonesia.
Melalui pembangunan, bangsa Indonesia sedang mengubah nasibnya, mengubah keadaan masa lampau yang buruk menjadi masa depan yang lebih baik, menggantikan masa lampau yang serba kekurangan menjadi jaman baru yang serba kecukupan.