Inilah Rutinitas Keseharian Presiden Soeharto

Setelah sembahyang Subuh biasa minum kopi dan kemudian membaca koran yang sudah ada di meja.

Saya berpikir, menerawang, menyusuri kejadian-kejadian yang pernah kita alami sejak Republik kita berdiri, sampai terjadinya G.30.S/PKI dan tantangan yang kita hadapi kemudiannya. Mengapa dapat timbul pemberontakan G.30.S/PKI, mengapa pula selama 20 tahun kemerdekaan banyak terjadi pemberontakan­-pemberontakan lain sebelumnya, mengapa selama itu terjadi rentetan krisis-krisis politik, mengapa sesudah 20 tahun merdeka tingkat kesejahteraan rakyat banyak tidak menunjukkan perbaikan yang berarti? Ini masalah-masalah pokok yang saya renungkan sambil duduk bersandar di kursi.

Saya pikir, persoalan dan usaha memberikan jawaban terbadap persoalan-persoalan tadi pantas menjadi masalab pokok seluruh bangsa, masalah nasional yang utama dan·mendesak. Semua pemimpin bangsa kita patut memikirkannya. Negarawan-negarawan kita pantas memikirkannya. Mahasiswa, pemuda dan kaum wanita pantas merenungkannya. Cendekiawan kita, anggota-anggota ABRI patut memikirkannya.

Saya kemudian mendapatkan kesimpulan yang terpokok mengenai ini. Rentetan segala krisis nasional yang telah timbul sebelum 1966 bersumber pada penyimpangan-penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD ’45, baik semangat maupun pelaksanaannya. Itulab yang pertama.

Kedua, bahwa segala kemunduran yang kita alami selama itu bersumber pada ditelantarkannya pembangunan ekonomi. Karena itu perjuangan Orde Baru tidaklah bisa lain adalah untuk meluruskan kembali pelaksanaan dan pengamalan Pancasila dan UUD ’45 secara murni dan konsekuen. Orde Baru harus menempatkan pembangunan ekonomi sebagai usaha dan program yang mendapatkan prioritasnya yang pertama. Dan sejalan dengan basil-hasil pembangunan ekonomi itu harus dikembangkan pembangunan bangsa dalam arti yang luas. Maka dengan kedua sasaran itu saya laksanakan tugas yang dipikulkan MPRS kepada saya.

Lihat juga...