Setelah SU 1 Maret 1949 Nama Soeharto Sering Muncul di Koran Belanda
Admin
Sebab, biasanya koran cepat memberitakan walaupun dari segi analisa dan pengembangan, terbatas.
Kendati koran memiliki posisi secara sosiologis dan subyektif, namun jelas berita memiliki standar tertentu dari aspek jurnalisme.
Sehingga, dia menyimpulkan sesuatu berita merupakan sebuah kenyataan di lapangan.
Dan, dari eksplorasinya itu Dr Surya Suryadi, MA mendapati peristiwa SU 1 Maret 1949 mulai diberitakan pada 3 Maret 1949.
Menurut dia, setidaknya koran-koran Belanda memiliki cara pandang berbeda terhadap Indonesia dan peristiwa SU 1 Maret 1949 itu.
Koran Belanda ada yang menyebut TNI sebagai kaum ektremis, dan ada yang menyebutnya sebagai Kaum Republiken.
Koran-koran Belanda yang agak kiri atau Sosialis cenderung mendukung Indonesia, dan menyebut para pejuang RI sebagai Kaum Republiken.
Dia menyampaikan, bahwa tanggal 3 Maret 1949 koran De Locomotief sudah memberitakan perihal SU 1 Maret 1949. Demikian pula dengan koran Aneta dan Sin Po.
Dari pemberitaan-pemberitaan tersebut, Dr Surya Suryadi, MA menyimpulkan SU 1 Maret 1949 merupakan serangan yang terkoordinir.
Memiliki motivasi atau tujuan, ingin menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia masih ada.
Sementara itu, dalam masa-masa itu nama Sultan HB IX, Letkol Soeharto dan Jenderal Soedirman paling sering muncul di koran setelah terjadinya SU 1 Maret 1949.
Dari berbagai pemberitaan pula, Dr Surya Suryadi, MA menyimpulkan hubungan Sultan HB IX dan Soeharto sangat dekat.
Bahkan pada bulan Februari 1949 sebelum terjadinya SU 1 Maret, Sultan HB IX sudah menyerahkan keamanan Kota Yogyakarta kepada Letkol Soeharto.
Soeharto pula yang mewakili Indonesia saat serah terima kekuasaan dari Belanda setelah SU 1 Maret 1949.