Pemerintah Diminta Segera Cari Solusi Tingginya Harga Pupuk

JAKARTA – Anggota Komisi IV DPR RI, Slamet, mengemukakan kenaikan harga pupuk nonsubsidi seharusnya bisa diantisipasi sebelumnya agar tidak membebani petani, serta menghambat kinerja produktivitas sektor pertanian di berbagai daerah.

“Saya meminta pemerintah harus segera mencarikan solusi, agar para petani tidak menjerit,” kata Slamet, dalam rilis di Jakarta, Selasa (11/1/2022).

Menurutnya, kenaikan harga pupuk nonsubsidi tersebut dapat disebut sebagai kado pahit bagi petani pada awal 2022 ini.

Ia mengungkapkan, harga pupuk nonsubsidi mengalami kenaikan hingga 100 persen pada pekan pertama Januari 2022, dengan beberapa daerah harganya lebih tinggi sekitar dua kali lipat dari harga normal Rp265.000/sak.

“Kasihan para petani yang selalu saja menjadi korban yang terus berulang. Saat bertanam, pupuk mahal dan saat panen pun harganya jatuh,” papar legislator dari daerah pemilihan Jawa Barat itu.

Sebagaimana diwartakan, pengamat pangan IPB sekaligus Ketua Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI), Dwi Andreas Santoso, mengatakan kenaikan harga pupuk nonsubsidi merupakan hal yang wajar, mengingat terjadi kenaikan harga juga di pasar internasional.

Dwi Andreas Santoso menyebut, bahwa harga internasional mengalami lonjakan drastis sejak Mei 2021 dan terus bertahan hingga akhir tahun yang disebabkan oleh banyak faktor, antara lain pandemi global dan melonjaknya harga komoditas di pasar internasional yang turut mempengaruhi harga pokok produksi pupuk di Indonesia.

“Harga pupuk internasional melonjak drastis, dari Mei 2021 sampai hari ini, itu kenaikan sudah tiga kali lipat untuk Urea,” kata Andreas dalam keterangannya di Jakarta, Senin (3/1).

Lihat juga...