Penghasilan Rendah, Problem Ekonomi Petani Indonesia

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

“Kita mulai dengan digitalisasi pada kegiatan produksi, kemudian mengadopsi penelitian dan teknologi pertanian, lalu mengembangkan sistem pelacakan pasokan pangan, mempermudah akses daring pengadaan pasokan alat pertanian, dan menghubungkan petani dengan konsumen melalui aplikasi digital,” papar Guntur.

Di forum yang sama, Sekretaris Badan Litbang Pertanian, Haris Syahbudin mengungkapkan, bahwa masalah regenerasi petani tidak hanya dialami oleh Indonesia, tapi juga hampir di berbagai belahan dunia. Menurutnya, masih banyak generasi muda yang menganggap profesi petani sebagai profesi rendahan.

“Jadi stigma bahwa petani itu pekerjaan kelas bawah, dan penghasilannya kecil itu masih ada. Tapi seiring dengan perkembangan teknologi, kini semangat generasi milenial terjun ke sektor hulu pertanian semakin terlihat,” ujar Haris.

Setidaknya, kata Haris, saat ini ada 2,7 juta petani milenial usia di bawah 39 tahun, dari total 33 juta petani yang ada di Indonesia. Kementan akan terus berupaya menghadirkan inovasi dan teknologi guna memantik minat generasi muda.

“Petani milenial ini karakteristiknya sangat adaptif terhadap teknologi dan inovasi, kita akan dorong terus inovasi tersebut untuk menarik mereka, tidak saja bermain di hilir, tapi juga di hulu pertanian,” pungkas Haris.

Lihat juga...