Pengamat Unpad: Keputusan ASEAN Momentum Kontemplasi bagi Myanmar
JAKARTA — Pengamat Hubungan Internasional Universitas Padjajaran Teuku Rezasyah menilai keputusan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang tidak mengundang junta militer Myanmar memberikan ruang dan momentum kontemplasi bagi negara tersebut.
“Kita harus memberikan keyakinan kepada dunia bahwa Myanmar sedang berhadapan dengan situasi secara sendiri dulu. Ini periode kontemplasi bagi Myanmar, tidak berarti dia dikeluarkan dari ASEAN,” kata Teuku saat dihubungi di Jakarta, Minggu (24/10/2021).
ASEAN memutuskan tidak mengundang junta militer Myanmar dalam KTT tersebut dan memilih untuk mengundang pihak non-politik dari Myanmar karena sejumlah alasan, salah satunya Myanmar tidak berkomitmen terhadap proses perdamaian yang terjadi di negara itu.
Selain itu, ASEAN juga tidak mendapatkan respons yang baik dari junta militer Myanmar terkait implementasi Konsensus Lima Poin (Five-Point Consesus).
Menurut Teuku, kalaupun Myanmar akan datang di KTT tersebut, tindakannya akan menyulitkan para perwakilan negara-negara ASEAN lainnya dan memancing respons masyarakat internasional.
“Kalaupun Myanmar datang, dia akan malu, dunia akan tanya-tanya terus dan mempersulit kepala negara lain. Mereka akan sungkan menjawab Myanmar, Myanmar ada di situ,” katanya.
Dia menilai keputusan ASEAN tidak mengundang junta militer Myanmar tepat, namun diperlukan sejumlah langkah untuk menjaga hubungan baik di antara seluruh anggota ASEAN serta kondisi yang damai di kawasan.
“Memang perlu rehat dulu. Perlu diberikan briefing dari Ketua ASEAN bahwa apa yang kita lakukan itu demi kebaikan bersama. Kalaupun Myanmar enggak ada di KTT ASEAN, tidak akan ada efek kejut. Tidak akan ada resolusi atau pernyataan yang menentang mereka. Itu yang harus diyakinkan dulu,” katanya.