BKKBN: Edukasi Kesehatan Reproduksi Stagnan
Melihat semakin banyak anak yang melakukan hubungan seks dan tingginya peringkat kanker serviks di Indonesia, dia meminta agar edukasi kesehatan reproduksi lebih digiatkan sehingga masyarakat dapat mengubah persepsi bahwa hal tersebut merupakan pembelajaran, bukan hal yang tabu.
“Kesehatan reproduksi masih perlu diperjuangkan terus, supaya persepsi terhadap masalah reproductive health dan juga persepsi terhadap pembelajaran tentang komprehensif reproductive health ini, terus akan dipersepsikan dengan benar di tengah-tengah masyarakat. Saya kira ini penting,” tegas Hasto.
Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), Eni Gustina, mengatakan pemberian edukasi mengenai kesehatan reproduksi perlu dilakukan sejak anak berada pada usia dini.
“Kita harus sudah mengajarkan (pada anak) sejak kecil terhadap kesehatan reproduksi,” kata Eni
Eni menjelaskan pemahaman itu penting diberikan, selain dapat meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, hal tersebut dapat menghindari anak terkena infeksi, baik pada vagina maupun penis yang dimiliki anak.
Ia mengatakan, beberapa pemahaman kesehatan reproduksi yang dapat diberikan pada anak sejak usia dini yakni orang tua perlu memperkenalkan bagaimana cara membersihkan alat kelamin yang benar dan menjelaskan terdapat beberapa bagian tubuh yang perlu ditutup dua lapis pakaian.
Eni menegaskan saat ini, kesadaran akan kesehatan reproduksi dalam masyarakat masih rendah sehingga perlu lebih masif dilakukan.
“Ini juga menjadi bagian yang ada di depan kita, karena kesadaran pada kesehatan reproduksi jujur kita akui ini masih sangat rendah,” kata dia. (Ant)