Tobong, Andalan Perajin Batu Bata di Musim Hujan

Editor: Koko Triarko

Ngadimun menyebut, tobong mengalami transformasi menyesuaikan modal. Saat modal minim, tobong minimalis dibuat dari bahan bambu dan beratapkan terpal. Lebih permanen dibuat dari kerangka kayu, bambu beratapkan daun rumbia kombinasi asbes. Saat modal telah cukup, tobong dibuat dari kayu berkelas dengan genting. Tahap kesiapan tobong menyesuaikan hasil produksi batu bata dengan menyisihkan hasil penjualan.

Selain tobong, Ngadimun juga menyediakan terpal dan plastik. Menentang hujan dengan membiarkan setiap rintik air hujan menetes pada setiap keping batu bata, bisa berimbas kerusakan.

Hujan bisa diantisipasi dengan menutupi batu bata dengan terpal dan plastik. Sembari menunggu cuaca terik dari sang mentari, batu bata bisa diangin-anginkan di area tobong.

“Penyusunan batu bata dilakukan sistem silang, agar ada udara masuk pada tumpukan, mengeringkan batu bata secara alami,” ulasnya.

Perajin batu bata lainnya, Ponimin, memanfaatkan bekas kandang sapi dan dapur. Bangunan dengan konstruksi kayu sengon, akasia beratapkan genting itu kini menjadi tobong.

Puluhan tahun, tobong itu menjadi bank bagi keluarganya. Sebab, menyimpan batu bata yang belum dibakar, telah dibakar merupakan tabungan. Fungsi tobong sebagai bank dengan menyimpan kepingan batu bata hingga terjual.

“Batu bata yang disimpan di tobong kualitasnya tetap terjaga, karena selalu kering,” ulasnya.

Memiliki tobong, merupakan modal terbesar. Sejumlah pamali atau pantangan dilakukan dalam tobong. Tobong kerap menjadi tempat berkumpul bagi keluarga saat suasana santai. Semua anggota keluarga sembari bercengkerama bisa mencetak batu bata. Mengerik bagian tepian batu bata, agar menghasilkan batu bata simetris siap bakar.

Lihat juga...