Penyedia Jasa Transportasi dan Pedagang Jajanan Kembali Bergairah Kala PTM
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
“Sejumlah orangtua memilih ojek untuk antar jemput siswa dan baru dua hari ini kembali aktif,” ulasnya.
Selain siswa sekolah yang melakukan PTM Suhendra mengaku mengandalkan antar jemput pedagang. Sejumlah pedagang di pasar Bambu Kuning kerap meminta mengangkut barang dagangan. Selain itu ia menyebut mangkal di lokasi strategis dekat pasar membuat ia memiliki pelanggan sejumlah ibu rumah tangga yang ke pasar. Tidak adanya penyekatan akses jalan memudahkannya untuk mengangkut penumpang.
“Sebelumnya sejumlah ruas jalan protokol ditutup memakai water barrier, menyulitkan jasa ojek dan angkot,” ulasnya.
Dampak positif bagi pelaku usaha jajanan juga dirasakan salah satunya oleh Wandi Wijaya. Pedagang jajanan tahu gejrot, aci digulung (cilung) itu berjualan bersama pedagang bakso tusuk, siomay dan minuman. Meski baru dua hari dan siswa yang menerapkan PTM berdampak bagi usahanya. Omzetnya bisa meningkat hingga puluhan ribu per hari.
“Siswa tidak boleh keluar saat jam istirahat, namun jajan saat akan pulang sekolah, dengan larangan berkerumun,” ulasnya.

Jaja Saefuloh, pedagang es kacang merah menyebut siswa sekolah yang menerapkan PTM secara langsung menguntungkan baginya. Biasanya setiap jam penjemputan orangtua kerap membeli es kacang merah miliknya.
Ia mengaku setiap hari sebelum pandemi mendapat omzet Rp600 ribu. Selama pandemi, omzet anjlok menjadi Rp300 ribu. Pemberlakukan PTM sebutnya jadi harapan omzet kembali naik bagi pelaku usaha kecil sepertinya.