Pandemi Jadi Tantangan Berat Pendidikan Anak Autis
Editor: Koko Triarko
Ia menceritakan berbagai kegiatan itu, bisa individu dengan spektrum autisme berinteraksi dengan individu biasa atau individu dengan spektrum autisme bekerja dalam kelompok untuk mencapai target tertentu.
“Misalnya kegiatan olimpik yang mengharuskan mereka mencapai target tertentu secara tim. Atau kita mengundang para pakar di suatu bidang dan mengajak mereka berinteraksi dengan pakar tersebut. Atau kita mengadakan career day, di mana mereka belajar untuk melamar pekerjaan dan mengetahui jenis-jenis pekerjaan. Hingga kegiatan yang kesannya sederhana, berbelanja sesuatu di mall,” urainya.
Tantangan saat pandemi adalah keterbatasan untuk bersosialisasi, karena peraturan untuk mencegah penyebaran Covid 19. “Tantangannya adalah bagaimana kita tetap bisa menciptakan suatu kegiatan yang seru dan bermanfaat, yang pastinya menarik minat mereka untuk terlibat, dengan hanya memanfaatkan layar komputer atau hp,” urainya lagi.
Angel menceritakan, saat itu fasilitator banyak melakukan riset dan kajian bagaimana cara membangun interaksi anak-anak asuh mereka dengan sistem online.
“Beberapa yang berhasil kita lakukan untuk menggantikan kegiatan offline adalah food month, di mana kita melakukan kegiatan masak bersama di depan layar masing-masing dengan menggunakan bahan yang sudah kita kirimkan sehari sebelumnya ke rumah masing-masing,” ungkapnya.
Atau melakukan self-skill bersama, di mana hal ini sangat bermanfaat bagi mereka yang sudah masuk usia remaja untuk belajar melakukan kegiatan harian rumah, seperti mengepel.
“Untuk kegiatan belanja, yang dulu kita lakukan di mall, sekarang kita latih mereka untuk memesan barang di e-commerce. Mulai dari memesan apa saja yang harus diisi hingga mengecek apakah barang yang datang sesuai dengan pesanan atau tidak,” ungkapnya lagi.