Pandemi Jadi Tantangan Berat Pendidikan Anak Autis
Editor: Koko Triarko
JAKARTA – Terhambatnya perkembangan kemampuan sosial remaja atau dewasa muda dengan spektrum autisme, menjadi satu pekerjaan rumah (PR) dalam masa pandemi ini. Karena penerapan pembatasan sosial menjadikan teknik pengajaran sosialisasi yang dulu dapat diterapkan pada orang dengan spektrum autisme, tidak dapat dilakukan.
Ibu dari remaja 16 tahun dengan Spektrum Autisme, Fanny Wijaya, menceritakan selama masa pandemi anaknya tidak dapat bertemu dengan temannya.
“Saat melakukan pembelajaran online, pun para remaja tidak ada yang mau menyalakan kamera. Jadi tidak ada itu yang namanya menyapa, lalu bilang, halo. Atau tuker cerita. Sehingga, untuk tetap mengajak Celly tetap bersosialisasi, saya selalu mengajak Celly berkomunikasi dan mengerjakan pekerjaan di rumah bersama-sama,” kata Fanny dalam bincang spektrum autisme, Kamis (30/9/2021).

Misalnya, memasak, berolahraga atau menonton bersama keluarga. Intinya tetap berkomunikasi selama kegiatan dilakukan. “Dan, Celly juga tergabung di Social Club. Celly bisa berinteraksi dengan teman sebayanya, yang selalu dipantau oleh para fasilitatornya,” paparnya.
Contohnya, acara yang baru saja adalah mengajarkan bagaimana anak itu bisa fleksibel.
“Setelah mendapatkan tema tersebut, kebetulan saya dan keluarga besar pesan makanan delivery. Ternyata salah perhitungan, dan makanan Celly tidak terpesan. Dan, ia juga terlambat untuk mengambil makanan. Saat saya menyampaikan hal itu kepada Celly, biasanya ia merajuk. Tapi kali ini, ia malah menjawab, tidak apa-apa, saya harus bersikap fleksibel kan dalam menghadapinya. Saya bangga sekali, ia bisa menerima dengan baik sesuatu yang ia tidak sukai,” paparnya.