Kemasan Daun Ramah Lingkungan Tetap Jadi Alternatif di Lampung
Editor: Makmun Hidayat
“Acara kenduri pernah memakai sarangan daun kelapa, daun jati dan daun pisang tapi kini berganti memakai kertas nasi dan besek plastik,”ulasnya.
Mempertahankan kemasan daun pisang sebut Lisdaryanti masih lestari pada tradisi among among. Kemasan daun pisang dibentuk kotak menjadi takiran berfungsi sebagai wadah nasi, sayur dan lauk pauk.
Saat acara sepasaran kelahiran bayi, ia menyebut masih mempergunakan daun pisang. Sejumlah kuliner tradisional berupa tape ketan, tape singkong, lemper, bugis. Daun pisang sebutnya lebih ramah lingkungan dibanding kemasan plastik, styrofoam.
Pemakaian daun untuk kemasan ramah lingkungan masih dipertahankan oleh Jupriyana. Warga Desa Hatta, Kecamatan Bakauheni itu bilang dalam pembuatan kue tradisional etnis Bugis masih memakai daun. Jenis daun kelapa digunakan untuk membuat ketan lemang. Daun pisang untuk pembuatan kue barongko, buras serta makanan tradisional lain.
Penggunaan daun pisang sebut Jupriyana kerap digantikan dengan alternatif daun lain. Jenis daun yang bisa dimanfaatkan tanpa menghasilkan limbah sampah berupa daun ganclong, daun talas.
Saat acara makan bersama dengan sistem bancakan, ia memakai alas daun talas lebar dan daun ganclong. Pada bagian atas digunakan daun pisang untuk alas nasi, ikan dan ayam bakar. Usai digunakan daun pisang bisa dibuang ke lubang sampah sehingga mudah terurai.