Kemasan Daun Ramah Lingkungan Tetap Jadi Alternatif di Lampung

Editor: Makmun Hidayat

Hardiman bilang kebutuhan daun pisang memenuhi permintaan pedagang di sejumlah pasar di Bandar Lampung. Namun saat ada permintaan skala besar ia juga mengirim daun pisang ke wilayah Pesawaran hingga ke Cilegon.

Pemakaian daun pisang dalam kondisi segar sebutnya akan menjaga kualitas makanan. Residu sampah yang dihasilkan juga tidak mencemari lingkungan setelah daun pisang digunakan.

Sukoco, pedagang di Pasar Gudang Lelang, Bumi Waras, menyebut kemasan daun pisang tetap digunakan. Kemasan ramah lingkungan itu sebutnya membuat sayuran, cabai, kecambah tidak cepat layu. Daun pisang dalam kondisi segar akan diganti saat berubah menjadi layu untuk diganti dengan daun pisang segar. Alih-alih memakai kemasan plastik, ia menyebut alas sayuran dari daun pisang lebih hemat.

“Saya juga bisa mengurangi jumlah sampah plastik meski tetap membayar iuran kebersihan setiap hari,” terangnya.

Sukoco menyebut kesadaran konsumen membawa kantong belanja dari rumah ikut mengurangi kemasan plastik. Sejumlah ibu rumah tangga yang berbelanja dengan membawa kantong kain, keranjang belanjaan dari bambu kerap ditemuinya. Sejumlah barang yang dijual berupa ikan asin, teri dan gula aren mempergunakan daun pisang kering.

Penggunaan kemasan ramah lingkungan berbasis kearifan lokal juga dilestarikan warga Lampung Selatan. Lisdaryanti, salah satu warga di Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan, masih mempertahankan pemakaian daun pisang.

Menjaga tradisi pada sejumlah acara kelahiran, syukuran daun pisang kerap masih dipakai. Belasan tahun silam acara kenduri bahkan sebutnya masih memakai daun kelapa dibentuk menjadi sarangan.

Lihat juga...