ITERA Diharap Percepat Serapan Teknologi di Sumatra

Editor: Koko Triarko

“Atau dalam masalah pembangunan jalur kereta api dan rel kereta. Kontur Indonesia harusnya bisa mendorong inovasi di bidang jembatan dan rel. Artinya, bagaimana jembatan yang baik, yang kuat dan aman dalam menyambungkan satu wilayah ke wilayah lainnya,” ucapnya lagi.

Dalam hal rel, Acep menyebutkan dengan kondisi tropis yang dimiliki Indonesia, maka bisa dikembangkan rel berbasis bantalan karet, bukan besi seperti di Korea atau Jepang.

“Untuk mengembangkan sumber daya yang sesuai dengan tujuan prodi ini, maka berbagai bidang keilmuan terlibat dalam prodi ini. Mulai dari keilmuan sipil, elektro, informatika, mesin, big data dan data sains, serta dari disiplin kebumian,” kata pria yang juga bertanggung jawa sebagai Kaprodi Sains Data ini.

Beberapa mata kuliah yang ada dalam prodi ini, antara lain Mekanika Tanah dan Pondasi, Traksi dan Sistem Kontrol I, Teknologi Lingkungan, Konstruksi Jembatan dan Jalur Layang, Hukum, Peraturan dan UU Perkeretaapian dan Sistem Komunikasi dan Elektronika.

“Sesuai dengan program Kemendikbud ristek saat ini, ada program Merdeka Belajar Kampus Merdeka, maka akan ada 20 SKS, di mana mahasiswa dapat melakukan pembelajaran di luar kampus. Sifatnya, bebas. Boleh memilih di industri atau di kampus saja. Itu di semester 6 dan 7. Lalu, semester 8 menyusun skripsi. Jadi, total 4 tahun,” kata Acep.

Harapannya, prodi ini akan menjadi pioneer dan alat sebagai hilirisasi teknologi di bidang perkeretaapian Indonesia.

“Indonesia harus mandiri. Bisa menciptakan, bisa mengaplikasikan dan bisa merawat kereta api dan semua komponen yang menyertainya. Kita harus bisa menjadi produsen untuk semua komponennya, sekaligus terus berinovasi,” pungkasnya.

Lihat juga...