30 Tahun Naryo Menggantungkan Hidupnya dari Bongkahan Batu-batu Raksasa
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
Untuk bisa membuat batu nisan, Naryo memang harus memilih batu-batu berukuran raksasa yang tersebar di kawasan Kali Gendol. Batu seukuran mobil hingga truk bahkan gardu itu, harus ia pindah dengan bantuan eksavator untuk kemudian ia bentuk sedemikian rupa.
“Biasanya saya pilih batu yang agak lunak. Agar enak membuatnya. Ya selama gunung Merapi masih aktif, bahan baku batu seperti ini tidak akan pernah habis,” ungkapnya.
Lain Naryo, lain pula Siti. Wanita satu ini, boleh dibilang juga menggantungkan hidupnya dari kawasan penambangan material gunung Merapi ini. Setiap hari ia berjualan aneka makanan, untuk dijajakan pada para pekerja tambang. Mulai dari penambang, supir truk, supir eksavator.
“Karena di tempat seperti ini kan tidak ada warung. Jadi masyarakat sekitar biasa berjualan makanan untuk para pekerja. Ya lumayan sehari bisa dapat Rp100-200 ribu. Tergantung ramai atau tidaknya,” ungkapnya.
Berkerja di kawasan yang rawan bencana, Naryo dan Siti memang harus senantiasa waspada. Mereka harus pandai membaca situasi. Pasalnya tempat mereka bekerja merupakan jalur utama muntahan material gunung Merapi yang sangat berbahaya.
“Biasanya kalau ada apa-apa kita langsung pergi menjauh. Ya harus pandai-pandai mengenal situasi. Baik itu memanfaatkan radio HT atau pun informasi sesama pekerja lainnya,” katanya.