Petani Tanam Sayuran Manfaatkan Sumber Air Way Suka Padang
Editor: Koko Triarko
Lahan budi daya buncis, sebut Sumarni sangat subur karena penerapan sistem pertanian berkelanjutan. Ia bisa memanfaatkan air sungai untuk menyirami sayuran, sebagian limbah pertanian berupa daun menjadi pakan ternak. Selanjutnya, kotoran ternak bisa dimanfaatkan sebagai pupuk. Pupuk kandang sebagai dasaran akan semakin lengkap dengan tambahan SP36 dan Urea.
Penggunaan pupuk dilakukan pertama saat umur 20 hari setelah tanamn (hst), hingga susulan pada umur 60 hst. Penyiraman sistem kocor dengan larutan pupuk kandang dilakukan pada fase pertumbuhan setiap sore.
Musim kemarau sangat cocok untuk budi daya sayuran, karena potensi bunga menjadi bakal buah meningkat. Buncis yang ditanam sebanyak 300 lanjaran, bisa dipanen pertama kali usia 45.
“Serangan hama sangat minim sehingga produksi cukup bagus, pemanenan dilakukan bertahap hingga sebulan menyesuaikan ukuran buah,” ulasnya.
Sumarni bilang, sekali panen bisa mendapat sekitar 20 kilogram buncis segar. Pemanenan dilakukan untuk memenuhi pesanan sang adik yang merupakan pengepul sayuran. Pada level petani, buncis dijual seharga Rp5.000 atau hasil Rp100.000. Jika dirata-rata dalam satu fase penanaman menghasilkan 300 kilogram, ia bisa mendapat hasil Rp1,5juta.
Selain hasil dari buncis, Sumarni bilang menerapkan pertanian tumpang sari. Menanam leunca sebagai lalapan, kemangi, kacang panjang memberinya tambahan penghasilan. Pemanfaatan air sungai Way Suka Padang memberi sumber penghasilan bagi petani, bahkan kala kemarau. Penanaman terjadwal dilakukan agar ia bisa mendapat beragam hasil sayur berkelanjutan.
“Saat panen buncis tahap ke dua, tanaman kacang panjang sudah mulai berbunga, leunca dan kemangi juga bisa dipanen,” ulasnya.