Petani di Cikancung-Jabar Manfaatkan Sekam Untuk Pupuk
Editor: Koko Triarko
BANDUNG – Pupuk merupakan instrumen terpenting dalam kegiatan bercocok tanam. Sayangnya, tidak jarang pupuk langka di pasaran, dan tidak jarang pula harganya mahal, sehingga sulit dijangkau petani kecil.
Tarmisi (43), petani di desa Mandalasari, Cikancung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mengaku pernah mengalami keadaan sulit tersebut. Namun, saat ini Tarmisi tidak lagi khawatir akan kelangkaan dan kenaikan harga pupuk. Pasalnya, melalui metode sederhana ia sekarang mampu memproduksi pupuk sendiri.
“Alhamdulillah meskipun masih kecil, tapi saya senang karena sudah bisa produksi pupuk sendiri. Minimal untuk kebutuhan kebun tidak perlu beli lagi,” ujar Tarmisi, saat ditemui Cendana News di kampung Cipulus, Senin (2/8/2021).
Tarmisi menyebut, produksi pupuk telah ia jalankan sejak tahun lalu. Pupuk yang ia produksi berjenis organik dari bahan dasar sekam (kulit padi).
“Saya sudah langganan sekam di penggilingan besar di daerah Ciparay. Di sana saya dikasih harga Rp6 ribu per karung isi 50 kilogram,” ucapnya.
Proses produksi pupuk sendiri, lanjut Tarmisi, hanya membutuhkan waktu dua hari. Satu hari untuk pembakaran, dan satu hari sisanya dihabiskan untuk menyirami pupuk yang sudah matang, agar menjadi arang dan tidak justru menjadi abu.
“Kebetulan kalau di tempat saya ini sekali produksi cukuplah untuk 80 karung sekam. Kadang ada juga yang beli pupuk ke sini, biasanya saya jual Rp20 ribu per karung kecil ukuran 25 kilogram,” jelasnya.
Petani lain di desa yang sama, Ohan (39), menyatakan pupuk organik berbahan dasar sekam sangat baik untuk membantu menjaga kesuburan tanah.
“Kalau tanah sudah telalu sering dikasih bahan kimia kan jadi rusak, nah itu bisa diperbaiki dengan memberi pupuk sekam. Tanah akan jadi gembur lagi, tanaman juga jadi tumbuh subur,” katanya.