Kearifan Lokal Warga Sungai Langka Jaga Kelestarian Hutan
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
LAMPUNG – Suasana sejuk dan asri menjadi sajian saat masuk ke wilayah Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, Lampung.
Berbagai jenis pohon jenis pancal kidang, gondang, beringin, salam, aren sebagian berusia puluhan dan ratusan tahun lestari. Lokasi hutan desa yang dipertahankan sekaligus jadi sumber mata air alami bagi ribuan warga.
Jalil, salah satu warga Desa Sungai Langka menyebut kawasan tersebut kerap berkabut kala pagi. Kelestarian alam di kaki Gunung Betung erat kaitannya dengan pertanian, perkebunan.
Pola pengelolaan kebun berkonsep multy purpose tree species (MPTS) menjadikan warga menjaga pohon. Kelestarian berbagai pohon langka sebagian berusia ratusan tahun sejak zaman Belanda menjadi sumber mata air.
Larangan merusak, menebang pohon pada hutan desa efektif menjaga pasokan air. Jalil menyebut jarang warga memiliki sumur karena air dipasok dari sumber mata air hutan desa.
Pada sumber mata air dibuat bak penampungan lalu disalurkan memakai pipa. Aliran pipa besar mengalir ke bak bak warga maksimal untuk sebanyak 40 orang. Selama hutan desa dan pepohonan di kaki Gunung Betung terjaga, air mengalir sepanjang waktu.
“Airnya cukup bersih sehingga bisa langsung diminum, kearifan lokal masyarakat mempertahankan sumber air sungai Langka yang dikenal dengan pemandian zaman Belanda, membuat air bisa dimanfaatkan untuk keperluan harian rumah tangga. Menyirami tanaman buah dan sayuran hingga budidaya kolam ikan air tawar,” terang Jalil saat ditemui Cendana News, Rabu (25/8/2021).
Kelestarian air sebut Jalil erat kaitannya dengan sejumlah kearifan lokal warga. Sejumlah pamali, pantangan akan ulah manusia yang merusak hutan, masuk kawasan di kaki Gunung Betung sejatinya bertujuan positif.