Kasus Kontaminasi Vaksin Moderna di Jepang Bertambah
“Jika zat pencemar itu cukup berbahaya untuk menyebabkan kematian pada sejumlah orang, kemungkinan lebih banyak orang akan mengalami beberapa gejala setelah vaksinasi. Tapi, penyelidikan lebih lanjut tentu diperlukan untuk mengevaluasi bahaya dari dosis tertentu yang dimaksud,” tambahnya.
Jepang sebelumnya menunda penggunaan 1,63 juta dosis Moderna, yang dikirimkan ke 863 pusat vaksinasi di seluruh negara itu. Hal itu dilakukan, setelah distributor lokal, Takeda Pharmaceutical, menerima laporan adanya pencemaran pada sejumlah botol vaksin. ”Sekitar 500.000 orang menerima suntikan vaksin dari pasokan tersebut,” kata Taro Kono, menteri yang menangani percepatan vaksinasi.
Moderna dan perusahaan farmasi Spanyol Rovi, yang mengemas vaksin Moderna di negara-negara selain Amerika Serikat mengatakan, kontaminasi bisa disebabkan oleh masalah produksi di salah satu pabrik Rovi. Takeda mengatakan, investigasi masih berlangsung. Karena kejadian ini, saham Rovi anjlok lebih dari 20 persen pada perdagangan sesi pagi. “Vaksin yang terdampak di Gunma berasal dari lot Moderna yang berbeda dari yang telah ditangguhkan sebelumnya,” kata pejabat Gunma.
Vaksin dari lot yang sama, telah disuntikkan kepada 4.575 orang di Gunma, namun prefektur itu belum menerima laporan tentang gangguan kesehatan. Kontaminasi vaksin merupakan masalah serius dan perlu diselidiki, namun mengingat kasus COVID-19 yang sedang meningkat, pemberian vaksin Moderna harus dilanjutkan dengan tindakan pencegahan yang tepat, kata Nicholas Rennick, seorang dokter Australia yang berpraktik di Pusat Kesehatan NTT di Tokyo.
Kasus COVID-19 yang parah mencapai level tertinggi di Jepang. Keadaan itu membuat banyak orang dirawat di rumah, karena kurangnya tempat tidur perawatan darurat di rumah sakit. Jumlah orang yang telah divaksin penuh di negara itu baru mencapai 44 persen dari populasi, tertinggal dari sejumlah negara maju lainnya.