Kapten Sanjoto, Gigih Berjuang Melawan Penjajah

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Tidak hanya itu, di masa era kemerdekaan, dirinya juga terlibat langsung memburu DN Aidit, pentolan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang paling bertanggung jawab atas peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau yang dikenal dengan sebutan G30S/PKI.

“Waktu itu, seminggu setelah meletusnya G30S/PKI, saya mendapat perintah dari komandan saya, untuk mencari sebuah rumah di Peterongan Kota Semarang. Rumah itu digunakan transit DN Aidit dari Jakarta. Saya langsung cari rumahnya, tapi ternyata dia sudah pergi dua jam sebelumnya,” jelas Sanjoto, yang saat itu bertugas sebagai anggota Intel Pomdam.

Uniknya, rumah yang dulu dicari sebagai tempat persinggahan DN Aidit, kini sudah selama bertahun-tahun ditempatinya.

“Komandan saya waktu itu, menyuruh saya untuk menempati rumah itu kepada saya. Rumahnya rusak parah, kemudian saya perbaiki dan tempati sejak tahun 1969,” jelasnya.

Kini kondisi rumah yang dahulu rusak parah, setelah dilakukan renovasi secara bergotong royong dari TNI, pemerintah dan swasta, sudah layak dan nyaman untuk ditempati.

Sementara, Danramil 13 Semarang Selatan, Mayor Inf Rahmatullah, juga menyampaikan rasa terima kasih kepada para pejuang, para veteran yang berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari para penjajah.

“Jika tidak ada para pejuang, pahlawan seperti beliau ini, bisa jadi Indonesia belum merdeka, untuk itu di HUT k-76 RI, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada beliau,” terangnya.

Tidak hanya itu, Rahmatullah juga mengapresiasi semangat Capt CPM Sanjoto, yang di usia senja, masih tetap bersemangat.

“Beliau sampai hari ini masih tetap ingat dan bisa menceritakan kisah perjuangannya saat gerilya melawan penjajah. Beliau juga menjadi pengawal Jenderal Besar Soedirman, pindah ke Tegal bersama Jenderal Ahmad Yani dan pernah mengawal Bung Karno,” pungkasnya.

Lihat juga...