Indonesia Dinilai Belum Baik dalam Mengelola Data Bencana Iklim
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
JAKARTA — Posisi geografi Indonesia mencatatkan berbagai kejadian bencana, termasuk di antaranya adalah hidrometeorologis. Tapi sayangnya, walaupun sudah beratus tahun berada pada kondisi ini, hingga saat ini belum ada perubahan dalam pengelolaan bencana, dalam upaya menghindari potensi kerugian materi maupun korban jiwa.
Pakar Geologi Institut Teknologi Surabaya, Dr. Ir. Amien Widodo, MSi menyatakan, dengan posisi geografi Indonesia yang memang sudah berada di antara samudera, harusnya bencana iklim sudah tidak menjadi masalah lagi.
“Bencana iklim itu sudah tercatat sejak tahun 1800-an. Seharusnya sudah bisa memberikan pelajaran bagaimana Indonesia bisa menanggulanginya. Sudah jelas kita berada di daerah curah hujan tinggi tapi tetap banjir. Saat musim kemarau, yang terjadi kekeringan dan kebakaran. Ini artinya hanya satu. Ada kesalahan tata kelola,” kata Amien dalam diskusi online kebumian, Rabu (11/8/2021).
Kondisi Indonesia yang diapit oleh samudera ini tentunya memiliki keterkaitan. Dimana, arus dari tiga samudera, Hindia, Pasifik dan Atlantik yang terus berkeliling menimbulkan fenomena tertentu.
“Arus laut ini penting kaitannya dengan iklim. Kaitannya juga dengan El Nino dan La Nina yang sangat mempengaruhi kondisi cuaca di Indonesia. Artinya, kita harus belajar memperhitungkannya dan mempersiapkan sebaik mungkin untuk menurunkan dampak yang mungkin terjadi,” ujarnya tegas.
Ahli Oseanografi Pusat Riset Kelautan, Widodo Setiyo Pranowo menyatakan, data dan informasi runtut waktu selama lebih dari 70 tahun bisa diturunkan menjadi suatu pengetahuan karakter dari iklim laut.