Buah Impor di Bandar Lampung tak Pengaruhi Penjualan Buah Lokal

Editor: Koko Triarko

Harsono bilang, serbuan buah impor memang banyak ditemui. Buah yang didatangkan dari Amerika, Thailand dan lainnya semula hanya dijual di pasar modern. Namun, saat ini mudahnya distribusi dan mudahnya pembelian dari distributor memudahkan penjualan. Sejumlah pedagang kaki lima pun kini bisa menjual buah tersebut dengan harga bersaing dengan buah lokal.

“Tantangan bagi pedagang buah lokal dengan harga yang sama dengan buah asal luar negeri, sehingga konsumen memilih buah impor,” ulasnya.

Namun, Harsono mengaku tetap optimis memilih menjual buah lokal. Berbagai jenis buah lokal kerap dibeli konsumen karena harga terjangkau. Sejumlah buah yang dijual dengan harga terjangkau membuat permintaan cukup stabil. Sejumlah buah lokal digunakan pedagang kuliner minuman jenis buah jeruk, alpukat. Harga terjangkau menjadikan buah lokal berpotensi dijual sebagai bahan kuliner untuk peningkatan nilai jual.

Aditia, pedagang buah lokal dan impor di kawasan jalan Ratu Dibalau, Kelurahan Way Kandis, Kecamatan Tanjung Senang, mengaku menjual buah lokal seperti anggur bali, jeruk BW, semangka dan alpukat. Ia juga menjual buah impor jenis anggur, pir dan apel. Memenuhi permintaan konsumen, ia menjual berbagai jenis buah lokal dan impor.

“Sebagian buah impor kerap banyak diminati karena rasanya lebih manis, harga sebanding dengan buah lokal kerap digunakan untuk parsel,” ulasnya.

Harga buah lokal, menurutnya sebagian nyaris sama dengan buah impor. Jenis buah lokal anggur Bali dijual olehnya seharga Rp25.000 per kilogram. Sementara jenis anggur impor dijual mulai harga Rp30.000 per kilogram. Buah lokal yang sebagian lebih mahal dari buah impor, membuat konsumen urung membeli. Namun, minat akan buah lokal dan impor hampir imbang.

Lihat juga...