Menelisik ‘Belo Howok’ dalam Ritual ‘Koke Bale’ di Lewokluok
Editor: Makmun Hidayat
LARANTUKA — Puncak ritual adat koke bale di Desa Lewokluok, Kecamatan Demon Pagong, Kabupaten Flores Timur (Flotim), Nusa Tenggara Timur (NTT) tahun 2021 segera dihelat pada Jumat (9/7/2021) yang dinamakan belo howok atau penyembelihan hewan kurban.
“Penyembelihan hewan kurban atau belo howok dilakukan di pelataran depan koke bale atau rumah adat utama yang disebut Namang,” kata Frans Beribe, Sekertaris Lembaga Pemangku Adat (LPA) Demon Pagong, saat dihubungi, Minggu (4/7/2021).
Frans menyebutkan, hewan kurban yang pertama disembelih darahnya diperciki pada alat-alat pertukangan atau laba dolu yang digunakan pertama kali membangun rumah adat atau koke bale.

Sesudahnya kata dia, hewan kurban berikutnya sebagai persembahan kepada Padu atau Damar dan dilanjutkan dengan menyembelih hewan kurban berikutnya untuk persembahan bagi Suri Kada.
“Setelah itu baru hewan kurban lainnya milik setiap suku disembelih. Hewan kurban baik babi dan kambing disembelih menggunakan parang dengan sekali tebas di lehernya hingga putus,” ucapnya.
Frans menambahkan, hewan kurban yang disembelih terakhir dagingnya dimasak untuk disantap bersama di rumah adat sementara hewan kurban lainnya digantung di sebatang bambu yang ada di Namang.
Hewan kurban ini sebutnya, besoknya baru dipotong dagingnya lalu dibagikan kepada setiap warga yang menghadiri ritual adat dan untuk makan bersama di rumah adat.
“Makanya kampung kami dinamakan Lewokluok. Lewo berarti kampung sementara Kluok berarti basi. Daging hewan kurban harus seharian digantung di pelataran rumah adat selama seharian sehingga bisa dikatakan daging basi,” ucapnya.