Tutut Soeharto: Pak Harto Selalu Mengingatkan Tri Dharma Mangkunegara
Editor: Makmun Hidayat
JAKARTA — Putri sulung Presiden Kedua RI, Jenderal Besar Soeharto, yakni Siti Hardiyanti Rukmana atau Tutut Soeharto mengaku sangat mengingat Pak Harto, ayah tercinta memegang filosofi Tri Dharma Mangkunegara dalam hidupnya. Yakni, sebuah doktrin Pangeran Sambernyowo, leluhur keluarganya dalam menumbuhkan rasa cinta rakyat kepada bangsa.
“Bapak sering mengingatkan pada kami tentang Tri Dharma Mangkunegara, sebuah filosofi Pangeran Samberyowo. Doktrin itu dikenal dengan Tri Dharma, yaitu Melu Handarbeni, Melu Hangrungkebi, Mulat Sariro Hangrosowani. Bermakna pula, sebagai rakyat harus tumbuh rasa ikut memiliki, melu handarbeni terhadap bangsa,” ungkap Tutut Soeharto, pada acara syukuran 100 tahun kelahiran Pak Harto di Masjid Agung At Tin, Jakarta Timur, Selasa (8/6/2021).
Maka itu, menurutnya, wawasan kebangsaan harus dimiliki secara mendalam. Dan, jika sudah tumbuh rasa memiliki, maka akan tumbuh tanggung jawab membela dan menjaga bangsa ini.
Bahkan memajukan bangsa ini, melu hangrukebi untuk kesejahteraan bersama.Dengan memiliki tanggung jawab kebangsaan itu.
Dikatakan Tutut Soeharto, bahwa Pak Harto juga kerap berpesan agar selalu introspeksi diri secara terus menerus, agar kewajiban moral manusia mencapai harmoni atau keselarasan.
“Seseorang bisa mencapai kawruh bejo harus melalui beberapa tahap. Di antaranya yang terpenting ialah mulat sariro hangrosowani, artinya mawas diri, tahu jati diri pribadi. Seberapa jauh memiliki rasa kebangsaan dan kesadaran tanggung jawab,” ucap Tutut Soeharto mengenang pesan ayah tercinta, almarhum Pak Harto.
Dengan memiliki wawasan kebangsaan yang luas, maka kata istri Indra Rukmana, akan tumbuh tanggung jawab membela negara, serta memerankannya. Sehingga seberapa jauh implementasi rasa telah mampu mengembangkan bangsa ini pada kemajuan kemakmuran dan keadilan berdasarkan Pancasila dalam ridho Allah swt.