Tak Mahal, Budidaya Ulat untuk Pakan Hewan hanya Butuh Batang Bambu

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

BOGOR — Ulat bambu atau Omphisa fuscidentalis, banyak digunakan sebagai pakan hewan peliharaan pemakan insekta. Tapi harganya cukup mahal, padahal untuk mengembangbiakannya, tidaklah terlalu rumit.

Peternak Ulat bambu, Atik menyebutkan, kalau ulat biasanya dicari oleh pemilik kura-kura, ikan koi dan burung. Walaupun ada juga yang mau memakannya.

“Karena banyak yang mencari dan banyak juga bambu di Indonesia, meliharanya juga tidak repot, pas dijual mahal, jadi saya mau membudidayakan ulat ini. Benihnya juga bisa didapat dengan mencari di hutan bambu atau membeli di toko pakan burung,” kata Atik saat ditemui, di Cariu, Jonggol Jawa Barat, Senin (28/6/2021).

Di alam liar, ngengat dewasa biasanya hidup sekitar dua bulan saja. Antara Juli hingga Agustus.

“Sekitar Agustus pada kawin. Setelah itu, ngengat betina akan meletakkan telurnya di dalam batang bambu. Jumlah telurnya itu banyak. Bisa 100-an sekali bertelur,” ucapnya.

Setelah 12 hari, telur akan menetas. Larvanya akan berwarna coklat pucat, hampir seperti kuning yang akan berubah menjadi putih di hari ketiga setelah menetas dan kepalanya berwarna coklat kemerahan dan di tubuhnya ada bulu yang cukup panjang.

“Bulu itu lah yang dipergunakan larva untuk melubangi bambu. Sementara untuk makannya, ia memakan bagian dalam bambu yang segar,” ucapnya lagi.

Saat telur sudah menetas, larva dipindahkan ke bambu yang lebih besar.

“Setiap tabung bambu yang baru, diisi hanya dengan 20 larva saja. Supaya hasilnya nanti besar-besar,” kata Atik.

Setelah 45 – 60 hari, larva sudah masuk dalam tahap dewasa dan akan bersiap masuk ke tahap selanjutnya, yaitu kepompong.

Lihat juga...