Permintaan Hewan Kurban Terus Meningkat, Peluang Bisnis Menjanjikan
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Agus, lebih memilih sapi Bali untuk ditawarkan setiap Iduladha, selain harganya standar, sapi tersebut lebih sehat, dan memiliki daya tahan. Diakuinya, sapi yang ditawarkan semua diambil dari kalangan petani di wilayah Pulau Bali. Pengiriman sampai ke Bekasi membutuhkan waktu dua hari.
“Ongkosnya dihitung per ekor, belum biaya karantina dan lainnya dalam perjalanan. Sapi Bali ini memiliki daging yang empuk, tapi rentan patah kaki saat pengiriman dari Bali. Maka harus ekstra hati-hati, untuk mengurangi risiko,” tandasnya.
Lalu bagaimana jika tidak laku, Agus mengakui bahwa hal tersebut sebagai risiko, tapi biasanya dipotong untuk dijual di pasar dengan cara ketengan, meski untungnya minim.
Karena dijual ketengan dipastikan rugi. Ia mencontohkan satu ekor sapi memiliki berat 335 kilogram kalau dijual untuk hewan kurban harga Rp23 juta. Tapi, jika dipotong dijual ketengan hanya Rp18 jutaan.
Tahun ini, Agus mengaku, sudah mendapat pesanan 27 ekor, sementara jumlah total sapi Bali yang ada di lapaknya ada 92 ekor. Setiap hari harus dirawat, memberi pakan, dan vitamin agar tetap sehat. Karena mereka berada di tempat berbeda dari daerah asalnya.
“Bisnis hewan ternak begini, harus menjiwai dan hobi, kalau tidak ya pasti rugi. Maka, biasanya pemodal pasti menggandeng peternak yang sudah berpengalaman untuk merawat hewan kurban selama di lapak agar tetap sehat,” ungkapnya enggan menyebut modal per ekor di wilayah Bali.
Ia mengatakan, akumulasi harga sudah dihitung termasuk untuk perjalanan, transportasi, dan lainnya disamping harga beli langsung dari petani.
“Kunci bisnis hewan ternak ini memang memiliki risiko tinggi, maka harus telaten. Hal lainnya saat seminggu menjelang Iduladha, jam tidur akan sangat minim, bisa-bisa tidur sambil jalan. Karena biasanya pembeli terima barang di tempat, ini harus dikerjakan malam agar jalur lancar,” ucapnya.