Pelas Kacang Tolo, Menu Khas Jawa yang Nyaris Hilang
Editor: Maha Deva
Sementara, untuk bothok, biasanya berisi macam-macam, tergantung selera. Bisa diisi tahu, jamur, telur asin atau menu lainnya. Namun, jika merujuk pada selera awal, maka bothok umumnya dibuat dengan bahan parutan kelapa muda, mlanding atau petai cina, ikan teri dan cepokak. “Bumbunya berupa bawang merah, bawah putih, cabai, semuanya diiris tipis-tipis. Kemudian dicampur dengan bahan isian, mulai dari parutan kelapa muda dan lainnya. Setelah tercampur, kemudian dibungkus dengan daun pisang dan dikukus hingga matang,” tambahnya.
Soal rasa, tidak perlu ditanya, keduanya memiliki kelezatan tersendiri. Meski demikian, Sutinah mengaku saat ini sajian pelas, semakin jarang dibuat. “Alasannya, ya karena ini meski sederhana, namun membuatnya tidak mudah, sebab pengerjaannya cukup lama. Jadi kalau yang terbiasa memasak model instan, biasanya kalau diminta membuat pelas, jadi aras-arasen (malas-malasan),” terangnya.
Tidak hanya itu, pelas juga jarang ditemukan di pedagang masakan tradisional, dibanding dengan menu bothok. “Ya itu tadi, biasanya karena pelas ini dibuat untuk menu jika ada keluarga yang sakit, jadi jarang-jarang dibuat. Kalau pas ada saja, atau benar-benar ingin makan pelas, baru dibuat,” ungkap Sutinah.
Salah seorang anak Sutinah, Widiyanti menyebut, menjadi penggemar masakan bothok atau-pun pelas, karena sudah terbiasa mengkonsumsinya sejak kecil. “Biasanya ibu yang membuat, rasanya enak. Bothok bisa buat teman makan nasi, jadi bisa semakin lahap makannya. Sedangkan kalau pelas, lebih banyak dimakan langsung tanpa nasi, karena sudah ada kacang tolo-nya, jadi pengganti nasi,” ungkapnya.